tag:blogger.com,1999:blog-24346160502756247682024-03-28T00:19:30.513-07:00EnkanousNahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.comBlogger241125tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-88229371310005789442022-04-28T10:57:00.008-07:002022-04-29T06:58:28.857-07:00Bukan Asal Nikah<p><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTE_QC8ll2EcAKt9yN6TcHJi7KHMtx1I_bpe5AsxfEp4DT8S7715Ddm7Nni5elTszec5-a6dTczRFhvra2sUoJVHD_j0TDhceVHXHtnOmjKrd6QwlnPdry1zU7_QzQoehpU40xg1UZsl5iqt33fG9mjErfAeod4AqpW3U7zZ1NmYF5-aW_Cm6SKgDO/s1920/wedding-gd51108ae5_1920.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1920" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTE_QC8ll2EcAKt9yN6TcHJi7KHMtx1I_bpe5AsxfEp4DT8S7715Ddm7Nni5elTszec5-a6dTczRFhvra2sUoJVHD_j0TDhceVHXHtnOmjKrd6QwlnPdry1zU7_QzQoehpU40xg1UZsl5iqt33fG9mjErfAeod4AqpW3U7zZ1NmYF5-aW_Cm6SKgDO/w400-h266/wedding-gd51108ae5_1920.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tidak ada orang yang meminta dilahirkan di dunia ini. Kita … lahir atas keputusan orang tua dan takdir dari Allah. Beratnya kehidupan di dunia ini, akhirnya mempopulerkan ide </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">child free</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (Ga mau punya anak) bahkan oleh orang-orang beruang dan berpendidikan. Tanggung jawab untuk menghadirkan seorang anak di dunia yang kacau ini dirasa terlalu berat untuk diemban. Sebagai seorang muslim, tentunya kita punya pertimbangan tersendiri soal ini.</span><p></p><span id="docs-internal-guid-4d8123df-7fff-4dbc-e3c6-142a531c5c82"><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dan … bisa dikatakan, bagaimana diri kita tumbuh dan terbentuk saat ini sebagian besar adalah hasil dari lingkungan, serta kualitas pribadi dan pernikahan orang tua. </span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">“Kalau ada yang mau udah … terima aja yaaa. Nikah.” adalah ucapan yang cukup sering tak terima akhir-akhir ini dari orang yang berbeda-beda. </span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ada nada … penggampangan masalah pernikahan di sini. Pernikahan, adalah jalan menuju banyak hal. Rasanya … sangat disayangkan jika proses menujunya hanya asal-asalan. </span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alih-alih memusingkan soal siapa jodohnya, kenapa ga memulai dari memperbaiki diri sendiri. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum pernikahan. Ga mau kan, kita malah jadi beban orang lain setelah menikah?</span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bahkan dalam islam, persiapan pernikahan harusnya dilakukan sendari dini, mulai dari kualitas makanan yang dimakan agar kelak dihasilkan gen anak-anak yang baik, belajar jadi orang tua yang baik, dan masih banyak lagi. Di luaran sana, bahkan banyak kelas-kelas persiapan pernikahan, yang materinya berjilid-jilid.</span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">“Nikah dulu, belajar sambil jalan,” adalah bentuk keegoisan diri. Kemana aja selama ini sampai-sampai ga ada waktu buat belajar? Banyak orang yang ikut terlibat dalam sebuah ikrar pernikahan. Anak tentu saja jadi salah yang paling terlibat. Sungguh kasihan anak yang terlahir dari orang tua yang egois dan sembrono soal pernikahan. Apalagi wanita, yang akan menjadi madrasah pertama bagi Anaknya. Dan … hak utama anak bukan cuma soal makanan dan tempat tinggal, tapi juga soal pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat bergantung pada kualitas pribadi orang tua. </span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alih-alih menjadi penolong, salah-salah anak malah bisa jadi orang yang menjerumuskan kita waktu di akhirat. Bagaimana jika kelak mereka meminta pertanggung jawaban, atas buruknya pola asuh yang dilakukan dalam pernikahan?</span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Nikah adalah hal yang sangat sakral dalam Islam, setengah bobot ibadah kita akan berlandas pada pernikahan. Pertanyaannya, pernikahan seperti apa yang akan menyempurnakan ibadah kita?</span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tentunya … kita hidup ga hanya asal hidup, ada tujuan besar yang diusahakan untuk dicapai di penghujung kehidupan. Di sinilah letak PR besarnya, Kehidupan seperti apa yang ingin kita jalani? pasangan seperti apa yang akan menyempurnakan ibadah kita? Pasangan setangguh apa yang bisa diajak sama-sama berjalan mendaki dan saling mensupport tanpa membebani satu sama lain? </span></p><br /><br /><br /></span>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-6019072360621976052022-04-24T00:22:00.001-07:002022-04-24T00:22:04.728-07:00 Manfaat Belajar Sejarah yang Gak Banyak Orang Tahu!<p><span style="font-family: Arial; white-space: pre-wrap;">Saat mendengar kata sejarah, sering kali yang terlintas di pikiran kita adalah sederet peristiwa dengan nama tokoh yang terlibat dan tanggal kejadian. Terkesan membosankan! Bahkan saat kita sekolah, sejarah menjadi mata pelajaran yang gak menarik karna kita dituntut untuk banyak menghafal. </span></p><span id="docs-internal-guid-dc21beaf-7fff-bad9-ef3c-e8f9f860fbb5"><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tapi kenapa ya bapak bangsa kita, yaitu Bung Karto malah bilang “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.” Jika bapak bangsa sampai berujar dekimian, berarti ada hal yang sangat penting yang dimiliki oleh sejarah. Dan apakah berarti selama ini kita salah dalam cara mempelajari sejarah?</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn29bxcnatffHsraWBurZU25FXIqDcavryyDLeW2_6ADTqeY9QTwEHX3TNzkMSapxL4X-0PF8QVD-M2LUgwDN1FuYmiS4gNJ4eN4EeRUBSvX8AhySauCp72CHVWZ5JHtPes6e32uh-sm2vHRS6gjhvwETd2UJ9716PpdPShEHCN4x4_aG0oC71LT-P/s1280/old-books-g604f74227_1280.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn29bxcnatffHsraWBurZU25FXIqDcavryyDLeW2_6ADTqeY9QTwEHX3TNzkMSapxL4X-0PF8QVD-M2LUgwDN1FuYmiS4gNJ4eN4EeRUBSvX8AhySauCp72CHVWZ5JHtPes6e32uh-sm2vHRS6gjhvwETd2UJ9716PpdPShEHCN4x4_aG0oC71LT-P/s320/old-books-g604f74227_1280.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ternyata jika di pelajari dengan benar, sejarah memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita. Berikut tiga manfaat yang bisa kita dapatkan jika mempelajari sejarah dengan benar;</span></p><br /><h3 style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Belajar Sejarah Membuat Kita lebih Kritis dalam berpikir</span></h3><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sebenarnya segala hal yang telah terjadi memiliki sebab dan akibatnya masing-masing. Suatu peristiwa akan berujung ke peristiwa lainnya. Mengulik sejarah akan membuat kita berusaha memilah mana autentik, mana yang tidak, mana yang kredibel, mana yang tidak, mana yang hoax, mana yang tidak, mana yang kira-kira palsu, mana yang tidak. Hal tersebut tentu saja melatih kita agar semakin berfikir kritis.</span></p><br /><h3 style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dengan Sejarah, Kita Jadi Gak Mudah Jatuh Ke Kesalahan yang Sama</span></h3><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sadar ga sadar, setiap peristiwa itu berulang, walau akan beda lokasi dan tokoh yang terlibat. Ketika kita mempelajari sejarah, kita belajar dari bagaimana orang-orang di masa lalu menyelesaikan persoalannnya. Jika mereka berhasil, kita bisa meniru cara yang mereka lakukan. Jika mereka gagal, kita bisa menghindari apa yang dulu mereka lakukan. Hal tersebut, tentu saja akan mempercepat kita dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan persoalan.</span></p><br /><h3 style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sejarah Membuat Penikmatnya Menjadi Lebih Bijak</span></h3><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bisa dikatakan, orang bijak adalah orang yang bisa menanggapi persoalan dengan tenang dan tepat. Untuk dapat sampai pada level tersebut, tentu saja dibutuhkan banyak pengalaman. Karna pengalaman-pengalaman tersebutlah yang akan memberikan banyak pembelajaran. Salah satu cara cepat untuk mendapat pembelajaran dari suatu permasalahan, adalah dengan sejarah. Dengan sejarah, kita bisa belajar dari kesalahan dan kesuksesan orang-orang di masa lalu. Tentu saja, hal tersebut akan membuat diri kita sedikit demi sedikit akan menjadi lebih bijak.</span></p><br /><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-family: Arial; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Namun tentu saja, Manfaar tersebut baru bisa didapat jika kita mempelajari sejarah dengan benar. Ketika belajar sejarah, kita tidak memfokuskan menghafal tanggal dan peristiwa saja. Tapi ketika mempelajari sejarah, kita lebih mengulik sebab akibat peristiwanyam serta hubungan peristiwa tersebut dengan peristiwa lainnya. Dengan begitu, ketiga manfaat sejarah yang telah diulas akan benar-benar dapat kita rasakan.</span></p><div><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div></span>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-74813373297602551592020-01-03T05:08:00.001-08:002020-01-03T05:08:24.318-08:00Happy New Years!!!!: Awal baru di 2020<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/--X1pICckbxo/Xg88vfladvI/AAAAAAAABEw/Ijpgz-DnceYA2sqdFb6IXlPWbzzNnlDRgCLcBGAsYHQ/s1600/DSC_0032.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://1.bp.blogspot.com/--X1pICckbxo/Xg88vfladvI/AAAAAAAABEw/Ijpgz-DnceYA2sqdFb6IXlPWbzzNnlDRgCLcBGAsYHQ/s320/DSC_0032.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Apa kabar di 2019?<br />
<br />
Rasanya sesak bukan?<br />
Hari-harimu banyak kau gunakan untuk rebahan dan bermedia sosial.<br />
<br />
Kamu banyak mengeluh! Katamu, hidupmu lebih banyak tak bergunanya.<br />
<br />
Ketika teman-temanmu sudah memakai toga, kau masih malas mengerjaan TA.<br />
<br />
Tentang PenaJuara ....<br />
Banyak hal yang kau matikan bersamanya.<br />
Rencana orang,<br />
Harapan orang.<br />
Kau banyak mengecewakan orang bukan?<br />
<br />
Ingat di suatu masa ketika hari-harimu hanya dipenuhi kecemasan. Kau takut bertemu seseorang.<br />
Semuaya.... salahmu bukan?<br />
<br />
Apa kabar dengan Go-Cris?<br />
Impian yang ingin kau bangun dengan dua kawanmu.<br />
Kalian telah mengorbankan banyak hal bukan?<br />
Uang, tenanga, juga waktu,<br />
<br />
Hobi membacamu?<br />
Ingat tidak, kau telah berbulan-bulan tak menyelesaikan satupun buku.<br />
Kamu membeli buku, hanya untuk disimpan, memenuhi ruangan.<br />
<br />
Resolusimu tahun 2019 tidak ada yang tercapai.<br />
Bukan karna tak ada waktu,<br />
Namun hanya karna kau sibuk merendahkan diri.<br />
<br />
2020, tolong lebih positif ya .... :)<br />
<br />
<br />Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-91453604312623482842018-04-01T12:23:00.001-07:002018-04-01T12:25:09.694-07:00Suatu Kisah dari Orang Yang Hanya Ingin Menerima<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-s3PgT79UNpc/WsExN_hBwcI/AAAAAAAAA5Y/r5to1EkMsf03Dj8gNWLl6qFej4kLXICyACLcBGAs/s1600/DSC_0267.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://2.bp.blogspot.com/-s3PgT79UNpc/WsExN_hBwcI/AAAAAAAAA5Y/r5to1EkMsf03Dj8gNWLl6qFej4kLXICyACLcBGAs/s320/DSC_0267.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Seseorang mendiamkan pesanku setelah membacanya. Ya, aku tau beliau membacanya. Dua puluh menit berlalu, namun balasan tak kunjung datang.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Lantas aku merenung, </div>
<div>
"Ada yang salah dengan jawabanku!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku hanya mengungkapkan apa yang ingin kuperoleh! dan itulah kesalahan fatalnya, hingga beliau bahkan tak berkenan untuk sekedar mengirim satu kata balasan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Untuk sebuah pertanyaan, "Apa Motivasimu ...", aku hanya menjawab, "...dengan mengikutinya, aku bisa mendapat ..."</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
Dan bukankah orang yang sebenar-benarnya orang kaya adalah orang yang paling banyak memberi? </blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada akhirnya aku sadari bahwa selama ini aku lebih sering meminta dari pada memberi. Belajar sesuatu agar 'bisa' dan 'mendapat', bukan agar 'bisa' dan memberi. Lebih sering berfikir, 'apa yang bisa kudapat' saat melakukan sesuatu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada akhirnya teringat bahwa, orang-orang hebat dunia adalah mereka yang pada awalnya memberi, bukan menerima. Karna tentu saja, 'memberi' memiliki kekuatan sendiri yang membuatnya menjadi lebih berarti. 'memberi' memiliki kekuatan sendiri yang entah bagaimana selalu membuat pelakunya menjadi 'punya'. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lantas kuberanikan diri mengirim pesan susulan, "Setelah saya send, saya baru sadar jika motivasi yang saya ungkapkan di atas hanya berkisar seputar apa yang bisa saya dapatkan. Lantas, apa yang bisa saya bagikan? ........."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan sepertinya beliau amat menunggu jawaban saya itu, cepat sekali balasan susulan datang.</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
Memang, menyampaikan sesuatu yang membuat orang senang lebih mudah dari psds menyampaikan suatu 'penolakan.</blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
Bandung, 2 April 2018</div>
<div>
Nahayuka</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-71554728078251521892018-04-01T11:39:00.001-07:002018-04-01T11:39:20.010-07:00Aku dan Instagramku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-yKha0hu2IxY/WsEnRytwuAI/AAAAAAAAA5Q/emFN9uALS0E7Sypx5A44RI6Ipn8imxbiQCLcBGAs/s1600/DSC_0049.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://3.bp.blogspot.com/-yKha0hu2IxY/WsEnRytwuAI/AAAAAAAAA5Q/emFN9uALS0E7Sypx5A44RI6Ipn8imxbiQCLcBGAs/s320/DSC_0049.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Menurut survey #StatusOfMine yang di publikasikan oleh United Kingdom's (melibatkan 1.479 responden dengan usia 14-26 tahun) memberikan kesimpulan bahwa Instagram menjadi media sosial paling buruk bagi kesehatan mental.<br />
<br />
"Sering melihat teman atau orang selalu berpergian atau bersenang-senang, bisa membuat orang muda merasa ketinggalan karena orang lain seperti sedang menikmati hidup. Perasaan ini akan membuat mereka selalu membandingkan dan merana." Tulis hasil survey itu.<br />
<br />
Sayapun begitu, selalu ingin mempublikasikan, mengupload foto di Instagram mengenai apa yang sedang saya lakukan.<br />
<br />
Sampai memahami, jika saya lebih ingin menunjukkan apa yang saya dapatkan, menunjukkan keberuntungan yang saya terima, dari pada hal bermanfaat apa yang bisa saya bagikan. Hingga saya sadari, berat untuk saya agar tak membagikan hal-hal menyenangkan saya di Instagram. " Sebesar itukah keinginan saya menunjukkan 'kesenangan' saya? Menunjukkan pencapaian saya?"<br />
<br />
Sayapun begitu, selalu merasa 'tertinggal' saat melihat foto teman-teman di Instagram yang sedang berada di tempat bagus, melakukan kegiatan menyenangkan, mengunjungi kafe-kafe dengan makanan mahal, atau berkunjung ke luar negeri. Sesuatu yang tidak saya dapatkan.<br />
<br />
Sampai saya bertemu dan memperhatikan orang-orang di sekeliling saya, mereka yang punya Instagram namun sangat jarang digunakan, atau bahkan banyak yang memutuskan tak menyimpan aplikasinya di smartphone mereka. Padahal mereka adalah orang-orang yang memiliki hari-hari dan pencapaian-pencapaian menyenangkan yang bisa dibagikan. Keren ya? Salah satu alasan yang paling banyak diberikan adalah, "aku ga mau terlalu buang-buang waktu dengan media sosial itu."<br />
<br />
Titik di mana saya tak merasa berat lagi tuk tidak membagikan kesenangan saya di Instagram adalah titik dimana saya memahami jika orang-orang yang tak menunjukkan pencapaiannya di Instagram bukannya mereka tak memiliki pencapaian dan kesenangan. Dan orang-orang yang selalu membagikan kesenangan mereka di media sosial bukannya mereka tak memiliki kesedihan.<br />
<br />
Hidup bagai roda yang berputar, dan tiap orang punya masa menyenangkan dan menyedihkan.<br />
<br />
Ketika mereka membagikan pencapaian-pencapaian yang berhasil mereka dapatkan di media sosial, pertanyaan yang bisa di berikan adalah, "kesusahan dan kesedihan yang bagaimanakah yang bisa membuat mereka mencapai semua itu?"<br />
<br />
Dan ketika sekarang banyak orang yang rela pergi jauh-jauh hanya untuk berfoto dengan pemandangan bagus dan mempostingnya di Instagram, sepertinya banyak yang sedang merasakan apa yang pernah saya rasakan. Perasaan berat untuk tak menunjukkan kesenangan.Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-33916310953768035222017-09-15T04:16:00.001-07:002020-06-01T01:10:57.875-07:00Benarkah Kita Sama?Aku sudah terbiasa,<br />
Dibuat menunggu berlama-lama,<br />
Diabaikan seolah tak ada,<br />
Dan di sakiti seolah kutak bisa merasa,<br />
<br />
Tentang ke-ada-anku,<br />
Tentang ke-pergi-anku,<br />
Tentang diamnya diriku,<br />
Tentang marahnya diriku,<br />
Tentang diriku ... yang tak pernah berarti apa-apa.<br />
<br />
Kamu ...<br />
Yang semua orang menunggu kehadiranmu,<br />
Yang orang-orang tertawa karena mu,<br />
Yang senyuman selalu menghiasi bibirmu,<br />
Tentang kamu, yang langkahmu selalu menjadi panutan sekitarmu.<br />
<br />
Lalu mungkinkah?<br />
Aku dan kamu benar-benar berasal dari tempat yang sama?<br />
Atau akankah?<br />
Aku dan kamu berakhir di tempat yang sama.<br />
<br />
Lantas benarkah?<br />
Kita sama-sama berteduh di tempat yang sama?<br />
menginjak tanah yang sama?<br />
dan mencicipi pahit manis yang sama?<br />
<br />
Dan aku hanya ingin bertanya ... Mengapa?<br />
Atas dasar kesamaan kita yang begitu banyaknya ...<br />
Kenapa aku dan kamu teramat berbeda?<br />
<br />
15-9-2017<br />
Nahayuka<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Pk2MuGO4CKo/XtS37ByIjJI/AAAAAAAABKk/6JJzI81r4Aoekhhym0ahakBdYZMDho0SwCLcBGAsYHQ/s1600/DSC_0329.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" src="https://1.bp.blogspot.com/-Pk2MuGO4CKo/XtS37ByIjJI/AAAAAAAABKk/6JJzI81r4Aoekhhym0ahakBdYZMDho0SwCLcBGAsYHQ/s1600/DSC_0329.JPG" /></a></div>
<br />Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-2322752615996788382017-09-10T09:54:00.000-07:002020-06-01T01:09:13.102-07:00Aku Minta MaafUntuk hati yang berulang kali ku sakiti<br />
Untuk kepercayaan yang lagi-lagi ku ciderai,<br />
Aku minta maaf.<br />
<br />
Orang datang dan pergi, selalu begitu, dan kehidupan tetap berlanjut tak peduli ada atau tiadanya sesorang.<br />
Orang datang dan pergi, dan tempat yang kosong selalu mendapatkan pengisi, selalu menemukan pengganti, lalu kehadiran menjadi tak penting lagi.<br />
<br />
Lantas,<br />
Kuanggap kehadiranku tak merubah apa-apa, begitupun dengan kepergianku yang tak mengurangi apa-apa.<br />
kuanggap kehadiranku tak penting untuk disykuri, begitupun dengan kepergianku yang tak penting untuk ditangisi.<br />
<br />
Ego menutup mata, membuatnya sungkan menengok kebelakang, menengok orang-orang yang ditinggalkan.<br />
Bahwa, walaupun akhirnya kekosongan akan terisi, kepergian akan mendapatkan pengganti, tetap saja .... ada hati yang tersakiti, ada kepercayaan yang tercidrai.<br />
Ada hati yang tersakiti, yang bahkan lukanya akan tetap menganga tak peduli ada ataupun tak ada pengganti.<br />
Ada kekepercayaan yang terciderai, yang bahkan akan membuatnya sungkan mempercayai para pengganti.<br />
<br />
Ego mentup mata, bahkan ketika hati meronta-meronta.<br />
Karna memang ...<br />
Bagaimanapun, tak ada hati yang bisa tenang setelah meninggalkan seseorang.<br />
<br />
9-10-2017<br />
Nahayuka<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-jQm7jkqtS9c/XtS3hnBCvdI/AAAAAAAABKc/zrnhZJNFNlEvkIJNY3qlf3VZD-oxwXjfACLcBGAsYHQ/s1600/DSC_0076.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://1.bp.blogspot.com/-jQm7jkqtS9c/XtS3hnBCvdI/AAAAAAAABKc/zrnhZJNFNlEvkIJNY3qlf3VZD-oxwXjfACLcBGAsYHQ/s320/DSC_0076.JPG" width="320" /></a></div>
<br />Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-67126018647073288282017-08-31T03:53:00.001-07:002017-12-20T01:25:27.922-08:00Tuhan Mengontrak Usia Kita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-GBdNsupNsJM/WjosfHfv5fI/AAAAAAAAA0g/5-57-WDmgDQZtIDf5WUGZhZnBOmPRV1JQCLcBGAs/s1600/a2861897138_10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="722" data-original-width="1020" height="226" src="https://4.bp.blogspot.com/-GBdNsupNsJM/WjosfHfv5fI/AAAAAAAAA0g/5-57-WDmgDQZtIDf5WUGZhZnBOmPRV1JQCLcBGAs/s320/a2861897138_10.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Tuhan menurunkan hamba-Nya ke dunia beserta kontrak kapan ia akan kembali kepadaNya.<br />
<br />
Lantas, waktu terus berjalan. Detik menjelma menit, jam berputar mengganti hari. Tiba-tiba saja, tahun demi tahun telah terlewati.<br />
<br />
Setangkai bunga mawar yang dipetik, perlahan-lahan kelopaknya akan melayu, lalu berguguran satu persatu hingga tak bersisa. Mungkin, demikianlah gambaran nyawa manusia.<br />
<br />
Tuhan tak memberi tahu hambanya berapa lama masa kontaraknya. Bagai nyawa, mungkin saja saat ini mawar itu masih merah merona, mungkin saja mawar itu baru melayu, mungkin saja kelopaknya baru gugur satu, atau ... mungkin saja saat ini, kelopak mawar hanya tinggal satu, menunggu watu untuk lepas dan terhempas.<br />
<br />
Jika ternyata benar kelopak mawar hanya tinggal satu ...<br />
Bukankah sudah sepantasnya manusia menilai diri?<br />
Apakah selama tahun-tahun yang terlewati itu banyak hati yang tersakiti?<br />
Apakah ada hal yang bisa ditingggalkan untuk orang yang dikasihi?<br />
Apakah kepergian hanya sebuah kesedihan tanpa hal baik yang dapat dikenang?<br />
Apa kepergian hanya sebuah petaka bagi orang sekitar karna beberapa hal tak bisa terbayar?<br />
<br />
Nahayuka<br />
1997-2017<br />
<br />
<br />Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-57879567640690286562017-08-27T19:16:00.003-07:002017-12-20T01:26:26.801-08:00Mengapa Bersedih?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-BpvOP5tyBkk/WjosuU7QlDI/AAAAAAAAA0k/lyD0WomFzJ8icBriOnZbPagCO0AkXTk6ACLcBGAs/s1600/DSC_0059.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://2.bp.blogspot.com/-BpvOP5tyBkk/WjosuU7QlDI/AAAAAAAAA0k/lyD0WomFzJ8icBriOnZbPagCO0AkXTk6ACLcBGAs/s320/DSC_0059.JPG" width="320" /></a></div>
Bahkan dari dahulupun, kamu sudah mengerti jika setiap pohon punya dunianya masing-masing. Setiap pohon punya serangganya masing-masing, punya parasitnya masing-masing, punya tempat untuk tumbuh masing-masing, dan punya angin yang selalu ingin menggugurkan dahannya masing-masing.<br />
<br />
Sejak dulu kamu telah di beritahu, bahwa semakin tinggi sebuah pohon, semakin banyak juga serangga yang berlindung di dalamnya, semakin banyak parasit yang menempel di dahan dan batangnya, pun semakin kencang angin yang menghempasnya.<br />
<br />
Pun dari usiamu saat ini, arang rintang telah membuatmu memahami, jika dunia terlalu naif untuk membiarkan penghuninya hidup tentram di dalamnya, Tuhan menurunkanmu di dunia tak hanya untuk bergembira.<br />
<br />
Lantas mengapa? mengapa tetap saja kau salahkan orang-orang di sekitarmu saat luka bertubi-tubi menghampirimu? Mengapa tetap saja kau keluarkan air mata berhargamu, padahal telah kamu sadari, jika deretan luka itu merupakan bagian dari proses menuju 'pendewasaan'mu?<br />
<br />
Sabtu, 26 Agustus 2017<br />
NahayukaNahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-5961874510902925282017-08-19T10:18:00.000-07:002017-08-19T10:23:00.637-07:00Baik-Baik Saja?Ada yang sesak di dada.<br />
Ada yang memenuhi kepala.<br />
Ada sesuatu yang mengendap di palung jiwa<br />
Raga ... terlalu lelah untuk membawa itu semua.<br />
Raga memaksakan diri, hingga terseok ... jatuh sejatuh-jatuhnya.<br />
<br />
Memang benar ...<br />
Beberapa hal hanya pantas untuk disimpan.<br />
Di pendam.<br />
Untuk dinikmati sendiri.<br />
Untuk diresapi<br />
Di khayati<br />
Walau perlahan-lahan menggogoti jiwa hingga berakhir mengeras ... sekeras permata hingga air dan api tak mampu melelehkan, apalagi meleburkan.<br />
Walau pada akhirnya tak mampu membedakan panas dan dingin lagi.<br />
Walau pada akhirnya senyuman hanya sebuah 'senyum', keceriaan hanya sebuah 'keceriaan', tanpa ada kandungan kebahagiaan.<br />
<br />
Pada akhirnya hanya membohongi diri sendiri.<br />
Tertawa, bilang pada semua bahwa diri tak apa-apa.<br />
Berkata bahwa semua baik-baik saja.<br />
Berjalan tegak seolah tak ada yang dirisaukan.<br />
<br />
Namun ...<br />
Luka tetap saja perih.<br />
Mau ditutupi bagaimanapun tetap saja perih.<br />
Dibiarkan seolah tak terluka hanya akan membuatnya membesar, garang karna tak diperhatikan.<br />
Pada akhirnya raga akan luluh lantah karna hati dan jiwa yang terus menerus memendam luka.<br />
Pada akhirnya hanya butuh menunggu saja ... Jiwa ... atau raga ... yang akan lebih dulu mati. <br />
<br />
Bandung, 20-8-2017<br />
Nahayuka <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-7255112358706447802017-06-25T05:47:00.000-07:002017-06-27T08:38:36.164-07:00Kebenaran yang Tak Ku Laksanakan di Hari Raya<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-HLYSAVRPJXk/WS0aMr3TShI/AAAAAAAAAfI/oXhwk04clL0udepRCVgiKGM5zO8ywAIQQCPcBGAYYCw/s1600/IMG_20170517_072458.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-HLYSAVRPJXk/WS0aMr3TShI/AAAAAAAAAfI/oXhwk04clL0udepRCVgiKGM5zO8ywAIQQCPcBGAYYCw/s320/IMG_20170517_072458.jpg" width="320" /></a></div>
<b>"Minal Aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin" </b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, aku tetap menggunakan kalimat itu ke orang-orang, bahkan saat aku telah membaca tulisan orang tentang ucapan yang benar di hari raya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="ltr">
Memang ya, orang terkadang masih saja menggunakan hal yang 'kurang benar' saat dirinya sudah tau mana yang benar-benar suatu kebenaran hanya karna semua orang sudah mengangmap suatu,yang "kurang benar' sebagai sebenarnya kebenaran. </div>
</blockquote>
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
begini bunyi tulisan orang yang kubaca beberapa hari sebelum idul fitri. <br />
Bahwa, ucapan minal aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin sebenarnya bukan ucapan yang tepat untuk dilontarkan di hari raya. Bahwa jika ucapan itu di lotarkan pada orang arab, mereka akan heran. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Biarpun berbahasa Arab, ucapan <i>minal 'aidin wal-faizin</i>
ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini
tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai
makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentang
ucapan ini, baik berupa hadis, Atsar, atau lainnya. (Ini kata wikipedia walaupun aku sendiri tau kalau bikin tulisan yang kredible ga boleh cari sumber dari wikipedia)</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Minal ‘Aidin wal Faidzin dari beberapa sumber yang kubaca
ternyata bukan bersumber dari sunnah nabi (ini aku baru tau). Ada yang
bilang jika itu hanyalah ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang
bernama “Shafiyuddin Al-Huli”, ketika dia membawakan syair yang
konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya. (Dawawin Asy-Syi’ri
Al-‘Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182). </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dari Jubair bin Nufair; beliau mengatakan, “Dahulu, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila saling bertemu pada hari raya, saling mengucapkan,<br />
<br />
َتقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ<br />
<br />
“<i>Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian</i>.” (Sanadnya hasan; Fathul Bari, 2:446)</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Aku juga baru tau kalau Minal ‘Aidin wal Faidzin wal faizin artinya bukan mohon maaf lahir dan batin (Ketauan banget ga bisa bahasa arab dan males cari tau, kan.). Tapi-tapi-tapi kan, Minal ‘Aidin wal Faidzin udah jadi tradisi di kampung dan di indonesia (iya sih).<br />
<br />
"Yah ... telat, Nay. Baru aja lebaran."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ga papa sih, walaupun aku di lebaran ini belum bisa mengikuti sunnah Rosul, apa salahnya disebarkan? siapa tau lebaran tau depan ada yang bisa menggunakan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Okay ... sini tulisan yang ke 30 dalam tantangan menulis 30 hari selama Ramadhan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Selamat idul fitri, ya ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Saya mengucapkan, <br />
تقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ<br />
“<i>Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian</i>.”</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Mohon maaf juga jika dalam tulisan saya selama 30 hari ini ada bagian-bagian yang menyakiti dan cenderug salah. Saya menganggap yang sudah saya sampaikan adalah benar benurut saya dan menurut beberapa sumber yang sama percaya, untuk itu, bisa dikoreksi jika ternyata apa yang saya anggap benar bukan merupakan sebenar-benarnya kebenaran.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhir kata mengikuti tradisi yang berlaku di indonesia dan karena hal ini tidak bisa disebut suatu 'kesalahan' juga,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Minal ‘Aidin wal Faidzin</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Mohon maaf lahir dan batin.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="ltr">
25 Juni 2017</div>
<div dir="ltr">
Nahayuka </div>
<br />
<i>"Kebenaran yang Tak Ku Laksanakan di Hari Raya", Bagian 30 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i>.<br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; left: -1001px; position: absolute; text-align: justify; text-decoration: none; top: -1000px;">
hanyalah
ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang bernama “Shafiyuddin
Al-Huli”, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan
dendang wanita di hari raya. (<i>Dawawin Asy-Syi’ri Al-‘Arabi ‘ala Marri Al-Ushur</i>, 19:182)<br />
<br />
Read more <a href="https://konsultasisyariah.com/7303-ucapan-selamat-idul-fitri.html">https://konsultasisyariah.com/7303-ucapan-selamat-idul-fitri.html</a></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-57359990030374034802017-06-24T05:39:00.000-07:002017-06-27T08:37:02.848-07:00Sakit Mata dan Ramadhan Saat Dewasa<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-0pvZSeK3WsE/WSE9j_Yz_GI/AAAAAAAAAXg/VG9jH5Fr3OUcuH_aSiUBxOqYk6V22o0ZQCPcBGAYYCw/s1600/1495186203284.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-0pvZSeK3WsE/WSE9j_Yz_GI/AAAAAAAAAXg/VG9jH5Fr3OUcuH_aSiUBxOqYk6V22o0ZQCPcBGAYYCw/s320/1495186203284.jpg" width="240" /></a></div>
Sakit mata membuatku perfikir beberapa hal. Untungnya sakit mataku cuma sebelah, yang sebelahnya lagi baik-baik saja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Bagai mana jika sakit di mata kiri dan kananku ya? <br />
Lantas kuingat film-film yang tokoh utamanya orang buta, yang kemana-mana mesti menggunakan tongkat. Kemudian, aku membayangkan menjadi orang buta. Selanjutnya kufikirkan bagaimana dengan kuliahku, sanggupkah aku lulus jika mendadak buta? Kalau diperhatikan di film-film kan, orang yang butanya mendadak cenderung shock dan mengurung diri, berbeda dengan orang yang sejak lahir buta. Selanjutnya aku berguman, "untung hanya sakit mata. Alhamdulillah"<br />
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Aku sakit mata di hari raya, di hari dimana sudah sepatutnya ku keliling ke rumah sanak saudara dan tetangga. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Hal ini membuatku ingat, jika ku hanya bisa balik ke kampung saat liburan tiba, itupun tak lama. Untuk berkunjung ke rumah saudara dan tetangga, hanya jika ada kepentingan saja dan kepentingan dengan mereka tak datang kapan saja. Keluarga di rumah tidak termasuk orang yang dituakan para saudara dan tetangga, karna orang tuaku masuk golongan masih muda. Di tempatku, tradisinya orang yang muda mengunjungi mereka yang dituakan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sakit mata memberiku alasan untum tetap di rumah, tak apa tak usah berkunjung, kan bisa-bisa sakit mata tambah parah. Atau hanya menemui kakek dan kakak orang tua, tak apa. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tapi... lagi-lagi ingat jika pintu rumah setiap orang serentak terbuka lebar hanya saat lebaran. Berkunjung menjadi hal sangat wajar yang tak perlu ditanya ada urusan apa hanya saat lebaran. Moment ketika tak perlu merasa tak enak karna mendadak berkunjung dan merepotkan si tuan rumah, ya... saat lebaran. Makin dewasa ku makin mengerti betapa besarnya nikmat lebaran. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, aku tak bisa melepaskan begitu saja nikmat lebaran. Aku berkeliaran kesana-kemari dengan mata yang kutup sebelah, alasannya biar tak bertambah parah dan tak menulari banyak orang (setauku sakit mata gampang menular). Akibatnya tiap orang melempar pertanyaan, "itu matanya kenapa?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Waktu kecil, baju baru merupakan suatu yang tak boleh tak ada jika lebaran. <br />
Waktu kecil, semangat bersama teman-teman kesana-kemari karna ingin mencicipi makanan orang-orang. <br />
Makin dewasa makanan di tempat tetangga tak penting lagi.<br />
Makin dewasa, baju baru saat lebaran bukan hal yang mesti ada.<br />
Makin dewasa, aku berfikir jika lagu... "baju baru alhamdullillah, Tuk dipakai dihari raya. tak Punyapum tak apa-apa, masih ada baju yang lama." bukan diciptakan anak kecil. Karna lagu itu justru sangat pas untum diriku yang tak lagi bisa dibilang kecil</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
24 Juni 2017</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Nahayuka</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
<i>"Sakit Mata dan Ramadhan Saat Dewasa", Bagian 29 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-60228282416741449332017-06-23T04:44:00.000-07:002017-06-27T07:18:52.636-07:00Tentang Menunda-nunda<div dir="ltr">
Awalnya tak apa. <br />
Toh, semuanya tetap baik-baik saja. <br />
Masih ada waktu kedepannya. <br />
Yakin, semua terselesaikan nantinya. <br />
Toh juga, tetap melaksanakan yang seharusnya di laksanakan. <br />
Toh, tak merugikan orang. </div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Ternyata... <br />
Sesuatu yang tak terduga tiba. <br />
Membuat kelabakan akhirnya. <br />
Iya, aku kena sakit mata. <br />
Membuat malas-malasan membuka hp, apalagi laptop, apalagi berjam-jam mengetik tulisan. <br />
Kan, jadinya hampir tak bisa membayar 'utang'. </div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Mengendap, menuntut penyelesaian. <br />
Pada akhirnya harus mengeluarkan usaha ekstra untuk mendapatkan hasil yang sama. <br />
Pada akhirnya keluar ujaran, "kenapa tak kuselesaikan kemarin-kemarin saja." <br />
Pada akhirnya membuat orang menunggu, merugikan. </div>
<div dir="ltr">
Untung hanya sakit mata, masih dapat dipaksakan bekerja. <br />
Kan, Tuhan bisa memberikan jutaan musibah lebih besar pada hambanya sebagai teguran.<br />
<br />
23 Juni 2017<br />
Nahayuka<br />
<br />
<i>"Tentang Menunda-nunda", Bagian 28 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-11459064701161138172017-06-22T05:08:00.000-07:002017-06-27T07:11:32.755-07:00Perlahan-lahan ...<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Aku ingat dahulu waktu awal-awal mengikuti challege 30 hari menulis ini, aku semangat sekali. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Di awal, setoran untuk besok aku tulis hari ini. tindakan tersebut membuat nyaman, karna setoran untuk besok sudah pasti aman. Sayangnya, hal ini hanya berlangsung beberapa hari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ditengah, setoran hari ini kutulis tengah hari, selesai sebelum mentari pergi. hal ini tak senyaman di awal, membuat was-was jika setoran tak terkejar. Seperti di awal.. hal inipun hanya berlangsung beberapa hari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Mendekati akhir, setoran hari ini kutulis di akhir usia hari, selesai seblum jam di dinding menunjuk angka 12, malam. hal ini sangat tak nyaman, membuat tulisan kurang maksimal karna cenderung dipaksakan. Lagi-lagi... hal ini hanya berlangsung beberapa hari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Di akhir, prinsip untuk menyelesaikan tulisan tiap harinya terkikis sudah, habis. tulisan untuk hari ini kutulis besok. Hilang sudah prinsip menulis setiap hari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Lalu... di ujung, menumpuk hutang tulisan. Karna tulisan beberapa hari lalu belum diselesaikan. </div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sampai sini aku paham, ternyata tak hanya perubahan menuju kebaikan yang perlu perlahan-lahan, perubahan menuju keburukan <u>p</u>un juga. </div>
</blockquote>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>22 Juni 2017</i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Nahayuka</i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>"Perlahan-lahan ...", Bagian 27 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-84229132217126845152017-06-21T21:19:00.000-07:002017-06-27T07:19:55.967-07:00Berbagi Membuat Happy<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-MlvAT361eWo/WSE9LdubivI/AAAAAAAAAXg/oUqgtrJXiGcVx47E3T_RMYteNcUelyYxQCPcBGAYYCw/s1600/1495186023763.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-MlvAT361eWo/WSE9LdubivI/AAAAAAAAAXg/oUqgtrJXiGcVx47E3T_RMYteNcUelyYxQCPcBGAYYCw/s320/1495186023763.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sedekah dapat menghapuskan dosa, sebagaimana air memadamkan api" (HR. Tarmidzi)<br />
<br />
Sedekah atau bisa disebut berbagi adahal hal yang mulia. Sebagai manusia yang tak hidup sendiri, berbagi dapat mempererat tali 'persaudaraan'. Berbagi dapat meringankan beban kawan dan membuat peluknya menjadi lebih mensyukuri apa yang dimilikinya.<br />
<br />
Allah berfirman;<br />
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ<br />
“Kamu tidak akan sampai pada kesempurnaan sampai kamu menginfakkan harta yang kamu cintai...” (Surat Ali Imran: 92)<br />
<br />
Apalagi dibulan puasa seperti ini, kebaikan akan mendapat pahala yang berlipat-lipat kali jika dibandingkan bulan-bulan lainnya. Termasuk juga kebaikan dalam berbagi yang juga akan mendapat balasan yang berkali-kali lipat. <br />
<br />
Berbagi bukan hanya sebutan untuk merek yang melerakan sebagian hartanya untuk orang lain. Allah maha baik dan Ia tak akan mempersulit hambanya dengan menyuruhnya menyisihkan harta benda sedangkan hambanya tidak punya. Meminjamkan barang untuk teman yang membutuhkan juga berbagi. Mengajajarkan matematikika, baca alqur'an, dan memperlajari hal berguna lainnya juga berbagi. Menghibur juga berbagi. Bahkan menshare tulisan yang baik juga bisa disebut berbagi. Kan ... banyak hal yang bisa dilakukan untuk dapat disebut 'pembagi'<br />
<br />
Seperti juga menulis ini, akupun tengah berusaha berbagi dengan menyebarkan sedikit pengetahuan yang dimiliki. Juga, aku akan Happy jika tulisan ini bermanfaat, lalu bulan puasa menjadikan pahalanya berlipat.<br />
<br />
sungguh anggun bunga melati.<br />
Harum, cantik, dan tak berduri.<br />
Mari kita saling berbagi.<br />
Agar nikmat selalu mengikuti.<br />
<br />
Selamat menjalankan ibadah puasa. <br />
21 Juni 2017</div>
<div style="text-align: justify;">
Nahayuka<br />
<br />
<i>"Berbagi Membuat Happy", Bagian 26 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-15732513783938268222017-06-20T21:14:00.000-07:002017-06-27T07:13:08.460-07:00Gagal, Lagi dan Lagi ...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-S28FuCFd8XM/WSzoC0Ud16I/AAAAAAAAAb0/Br5cYDbagJsGziD15zST8MHokUz13L_6gCPcBGAYYCw/s1600/IMG_3058.CR2" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://4.bp.blogspot.com/-S28FuCFd8XM/WSzoC0Ud16I/AAAAAAAAAb0/Br5cYDbagJsGziD15zST8MHokUz13L_6gCPcBGAYYCw/s320/IMG_3058.CR2" width="320" /></a></div>
<br />
Aku ikut kompetisi sana sini,<br />
lalu kalah lagi dan lagi ...<br />
<br />
Aku ikut kompetisi sana sini,<br />
Mengincar hadiah yang tak bisa aku gapai dengan uang sendiri. <br />
<br />
Lagi dan lagi ... aku kecewa.<br />
Ternyata, milikku hanya bagus menurutku.<br />
Orang lain yang jadi juara.<br />
<br />
Aku ikut kompetisi sana-sini,<br />
Setelah kakak yang itu juga mengorbankan banyak hal, gagal sana-sini, dan berakhir menginjakkan kaki di Australi.<br />
Lalu, kuperhatikan instagramnya penuh fotonya yang tegah tertawa, keliling tempat yang sudah sejak lama diimpikannya.<br />
Saat itu, untuk pertama kalinya, aku benar-benar mengerti apa arti gagal dan bersabar.<br />
<br />
Aku ikut kompetisi sana-sini<br />
Dengan lantangnya ku katankan, "Dari 20 yang kuikuti, insya allah satu akan keluar sebagai pemenang."<br />
Ternyata kalah belum menjadi ke 15 kalinya sudah membuatku kecewa.<br />
Payah ya?<br />
<br />
Aku ingat kakak itu bilang, "Berkompetisilah, kamu akan mendapat banyak hal."<br />
Dan ya, aku mendapat pelajaran dari kekalahan yang bertubi-tubi.<br />
Kalah membuatku sadar jika kemampuanku tak sehebat yang kubayangkan.<br />
Kalah memaksaku belajar dari mereka para pemenang.<br />
Kalah menunjukkan kedewasaan, bagaimana bibir mesti bersikap saat orang lain menang.<br />
Kalah mengajarkan bersabar, lalu bangkit dan beranjak ke kompetisi lainnya, percaya jika lama-lama gagal juga bosan mengikuti.<br />
<br />
<i>20 Juni 2016</i><br />
<i>Nahayuka</i><br />
<br />
<i>"Gagal, Lagi dan Lagi ...", Bagian 25 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-43598194592782117502017-06-19T09:32:00.001-07:002017-06-27T07:21:13.260-07:00Ketika Tak Berharga Menjelma Permata<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-w8l2Fd3vzBI/WUf9jy20SlI/AAAAAAAAAy4/DO51WuBAiu4lHnlDFh0A0qmA0-gTPIbRgCLcBGAs/s1600/175351.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="884" data-original-width="1180" height="239" src="https://1.bp.blogspot.com/-w8l2Fd3vzBI/WUf9jy20SlI/AAAAAAAAAy4/DO51WuBAiu4lHnlDFh0A0qmA0-gTPIbRgCLcBGAs/s320/175351.jpg" width="320" /></a></div>
Awalnya, mungkin akan berfikiran jika itu tak berguna.<br />
Buang-buang waktu bin tak ada manfaatnya.<br />
Bahkan terkadang langsung berhenti, disudahi.<br />
<br />
Namun ...<br />
Akan tiba masanya dimana hal yang dahulu dianggap tak berguna menjadi hal paling dibutuhkan.<br />
Akan tiba masanya dimana hal yang dahulu dianggap tak berfaedah menjadi penolong disaat susah.<br />
<br />
Dikala itu ...<br />
Akan ada penyesalah kenapa dahulu tak memaksimalkan.<br />
Akan ada rasa senang karna terpenuhi kebutuhan.<br />
<br />
Seperti halnya aku hari ini ...<br />
Aku sangat butuh membuat sesuatu dari sekumpulan gambar.<br />
Ku 'bongkar' lagi tumpukan gambar di galeri.<br />
Ada ratusan gambar di sana.<br />
Kenangan-kenangan yang berharga bertebaran.<br />
Ada juga gambar 'sampah' yang hanya memenuhi ruangan, yang sebelumnya sudah banyak kumusnahkan.<br />
<br />
Pada akhirnya, yang kugunakan adalah tipe gambar yang sebelumnya banyak kumusnahkan.<br />
Hingga timbul ucapan, "Duh .. kenapa kemarin aku hapusin gambar ini ya..."<br />
<br />
Dan ini, hasil karya dari sekumpulan gambar yang nyaris ku musnahkan;<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwt5bDUyRwueoF-VAntub4kOSOYl3PJZ1I0zZ_3E11HvFA-gtuu0k030RpQHNO8OEIPLWvHZ82nbl3FQwbOlw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
Sebelumnya, akupun sering seperti itu.<br />
Seperti ketika mengerjakan soal ujian misalnya.<br />
'Oh ya, aku pernah ga sengaja nemu informasi soal ini,"<br />
Tiba-tiba saja, informasi yang sebelumnya masuk golongan tak berharga, hingga tak membuat tertarik untuk mendalaminya menjadi bak permata, di inginkan kehadirannya dan disesali kehilangannya..<br />
Ketika itu juga timbul penyesalan, "Duh, aku lupa lagi ... kenapa kemaren ga dalemin soal itu yaaa..."<br />
<br />
19 Juni 2017<br />
Nahayuka<br />
<br />
<i>"Ketika Tak Berharga Menjelma Permata", Bagian 24 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-75086957668215095362017-06-18T09:51:00.001-07:002017-06-27T07:24:53.848-07:00Cukup Tutup Mata<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-w9CVKpGpkCs/WUf981BTWCI/AAAAAAAAAy8/K_8qm14RmBUPtZrkl2YGiPjMwG8wngfrgCLcBGAs/s1600/20170115_170521_0258_0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-w9CVKpGpkCs/WUf981BTWCI/AAAAAAAAAy8/K_8qm14RmBUPtZrkl2YGiPjMwG8wngfrgCLcBGAs/s320/20170115_170521_0258_0.jpg" width="240" /></a></div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ada satu cara di masa kini agar hidup tak memulu iri. Cukup dengan batasi kuantitas stalking di media sosial, atau hapus saja aplikasi yang membuat betah berlama-lama memandanginya. <br />
. <br />
Taukah, saat ini media sosial tak hanya sekedar untuk mengirim dan bertanya kabar. Kini media sosial juga sebagai wahana menunjukkan 'eksistensi'. Eksistensi yang tanpa dirasa menjelma menjadi riya. Kini orang memiliki 'tuntutan' untuk mengekpos sesala sesuatu tentangnya di media sosial. Karena dimasa ini, tak perlu cerita sana-sani agar orang mengetahui. <br />
. <br />
Cukup percaya ini, ketika dia menunjukkan itu di akun pribadinya sedang kamu tak bisa menunjukkan apa-apa, bukan berarti kehidupanmu lebih membosankan darinya. Bagai manapun, media sosial tetaplah tempat maya yang bisa dibilang fana. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
18 Juni 2017<br />
<u>Nahayuka</u><br />
<br />
<i>"Cukup Tutup Mata", Bagian 23 dalam 30 hari menulis <br />
#RamadhanInspiratif<br />
#Challenge<br />
#Aksara </i><u><br /></u></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-54090504908852172017-06-17T09:18:00.000-07:002017-06-27T07:24:10.288-07:00Untukku, Memilikimu Bukan Sebuah Kemustahilan<div style="text-align: justify;">
"Dia layaknya matahari yang terus bersinar, sedang kamu hanya sisi gelap yang butuh penerangan. Dia pangeran, sedang kamu hanya babu. Permata berkelip disekelilingnya, dan kamu hanya batu rubi yang terpendam di kejauhan."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarak membentang antara aku dan kamu, menjauhkan raga hingga tak mungkin untuk bertemu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai kapanpun, rasaku tak akan pernah usai, dan aku masih berharap walaupun memilikimu hanyalah sebuah anomali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hati ini milikku, namun membuatnya berpaling darimu bukan kuasaku. Biarlah ... biarlah kata 'tak tau diri' pantas disematkan padaku karna keinginanku memilikimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukankah kita boleh bermimpi? </div>
<div style="text-align: justify;">
Bukankah selama ini, mereka menganjurkan bermimpi hingga menembus bintang-bintang?</div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas, kanapa mimpiku untuk memilikimu dianggap suatu kemustahilan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Benar, aku laksana pungguk merindukan rembulan. Lantas kenapa? bukankah orang tanpa sayap-pun boleh bermimpi menuju bintang?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-0pvZSeK3WsE/WSE9j_Yz_GI/AAAAAAAAAXg/VG9jH5Fr3OUcuH_aSiUBxOqYk6V22o0ZQCPcBGAYYCw/s1600/1495186203284.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-0pvZSeK3WsE/WSE9j_Yz_GI/AAAAAAAAAXg/VG9jH5Fr3OUcuH_aSiUBxOqYk6V22o0ZQCPcBGAYYCw/s320/1495186203284.jpg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
17 Juni 2016</div>
<div style="text-align: justify;">
Nahayuka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>"Untukku, Memilikimu Bukan Sebuah Kemustahilan", Bagian 22 dalam 30 hari menulis </i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara </i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-15056747347124619742017-06-16T09:46:00.003-07:002017-06-17T10:22:08.051-07:00Mengambil Hikmah dari Kisah Hidup Hellen Keller<div style="text-align: justify;">
Pada tulisanku ke 15 dalam 30 hari menulis inspiratif, aku menulis ini,</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
Atau juga beralasa, "Dia punya ini, aku ... Dia punya itu, aku ..."</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal aku sendiri yang lupa melihat sekeliling. Tidak ingat Hellen
Keller yang bisa menakjubkan padahal banyak kekurangan. Tidak melihat
orang yang bisa begitu mempesona padahal Tuhan membuatnya 'tak sama'
dengan yang lainnya.</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Akan aku ceritakan orang yang luar biasa padahal Tuhan membuatnya berbeda dengan yang lainnya. Ya ... Hellen Adams Keller atau yang lebih dikenal dengan Heller Keller.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-7fG362TIK2k/WUQNFOnLudI/AAAAAAAAAyk/to1gYPDYWiAd4Yu_OAlvQYgausaTWdmhgCLcBGAs/s1600/220px-Helen_KellerA.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="274" data-original-width="220" src="https://4.bp.blogspot.com/-7fG362TIK2k/WUQNFOnLudI/AAAAAAAAAyk/to1gYPDYWiAd4Yu_OAlvQYgausaTWdmhgCLcBGAs/s1600/220px-Helen_KellerA.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Diambil dari Wikipedia</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Helen Keller, wanita kelahiran 1880 dan meninggal pada umur 87 tahun ini adalah seorang aktivis politik dan dosen Amerika. Ia menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, dan The Lions Humanitarian Award. Ia juga mendapat gelar Doktor kehormatan dari Temple University dan Harvard University serta Glasgow University di Skotlandia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semasa hidupnya, Hellen telah menulis 12 buku, juga banyak artikel terkenal. The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa merupakan salah satu bukunya yang fenomenal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat daftar prestasinya saja, Hellen Keller sudah bisa dikatagorikan orang yang luar biasa. Namun Cerita hidupnya jauh lebih luar biasanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Heller Keller di diagnosa mengalami kecacatan otak akut pada usia 19 bulan, dan Dokter mengatakan dia tak akan bisa lama bertahan hidup. Ternyata, Tuhan berkata lain. Heller Keller bisa bertahan hidup, namun ia kehilangan pendengaran dan penglihatannya. Karena sejak bayi Hellen Keller tidak bisa mendengar, otomatis dia juga bisu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan kondisinya yang buta, bisu, dan tuli, Hellen Keller tumbuh menjadi Anak yang bertempramen buruk dan suka marah-marah. Ia juga suka memecahkan barang-barang disekelilingnya hingga ia dicap anak yang bodoh. Hellen ... dia tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang. Ia tidak bisa menangkap keinginan orang lain dan tidak bisa menyampaikan keinginannya pada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beruntungnya, Hellen memiliki keluarga yang tidak menyerah dengan kondisinya. Ayahnya mencarikannya seorang guru yang karna ketekunannya bisa membuat Hellen Keller dapat berkomunikasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi Hellen Keller semasa kecilnya sama dengan kondisi Melati, tokoh utama novel best seller karya Tere Liye yang berjudul, "Moga Bunda Disayang Allah". Karna memang novel tersebut terinspirasi dari kisah hidup Hellen Keller. Bedanya, guru Hellen Kellen merupakan wanita yang sebelumnya mengalami desibilitas bernama Anne, sedang guru Melati seorang pria bernama Karang. Keberhasilan mereka berdua dalam berkomunikasi dengan tokoh utamapun sama, mulanya dengan air.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Waktu itu Anne memompakan air dingin ke telapak tangan Helen, Anne
mengeja kata w-a-t-e-r ke sebelah tangan Helen. Ketika Helen menyadari
bahwa gerakan gurunya pada telapak tangannya itu melambangkan ide “air”,
akhirnya Helen pun mengerti. Helen kemudian meminta untuk diajari
bagaimana mengeja nama-nama semua benda asing lain di dunianya." ---menurut suatu sumber.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu kemajuan Heller Keller menakjubkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada usia 30 tahun, Helen menambah kemampuan olah vokalnya untuk
memperkuat urat vokalnya agar suaranya bisa didengarkan dalam ruangan
kuliah. Hingga ia bisa berpidato di depan publik di
Montclair, New Jersey sebagai pidato pertamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Begitu kerrennya, kisah hidup hellen keller mendapat dua piala oscar, dan membuatku mengidolakannya sejak lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>16 Juni 2017<br />Nahayuka <br /><br />"Mengambil Hikmah dari Kisah Hidup Hellen Keller", Bagian 21 dalam 30 hari menulis<br />#RamadhanInspiratif<br />#Challenge<br />#Aksara</i></div>
</div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-30179970366893783612017-06-15T09:06:00.001-07:002017-06-17T10:22:21.420-07:00Aku hanya Ingin Menghapus Rasa Ini<div dir="ltr">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://lh3.googleusercontent.com/-jZWWXp_TDCs/WUKwmC0Q2HI/AAAAAAAAAyU/lSUrotI17vsPx6MoFX8Wbse4P2nddSGCACHMYCw/s1600/1497542768705.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="300" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jZWWXp_TDCs/WUKwmC0Q2HI/AAAAAAAAAyU/lSUrotI17vsPx6MoFX8Wbse4P2nddSGCACHMYCw/s400/1497542768705.jpg" width="400" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Dalam gelap, aku terdiam.<br />
Bayangan kejadian-kejadian selama satu semester ke belakang bermunculan.<br />
Sesuatu yang susah dilupakan.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Sendiri menghadirkan resah.<br />
Resah hingga membuatku ingin berdiri lalu berlari ke masa silam.<br />
Akan kuperbaiki semuanya.<br />
Kebodohan, rasa sakit yang kuberikan dan kuterima, lalu kepedihan.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Dalam gelap, aku terdiam.<br />
Bayangan kejadian-kejadian selama satu semester ke belakang bermunculan.<br />
Sesuatu yang tidak salayaknya dilupakan. </div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br />
Termenung, aku menghakimi diri.<br />
Kenapa begitu, kenapa begini.<br />
Hingga berakhir kumengutuki diri sendiri.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Andai ku bisa menapaki masa silam lagi, apakah akan ada 'penyesalan' ? Akankah akan memberi pelajaran dan berarti 'masa silam' ?</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Ah, biarlah!<br />
Aku hanya ingin menghapus rasa ini.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Biar saja penyesalan tidak lagi menyedihkan.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Biar saja masa silam tidak lagi berarti. </div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
Biar saja, asal rasa ini bisa pergi.</div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="font-family: sans-serif;">
<i style="-webkit-transition: all 0.3s ease; background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: 'Open Sans', sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22.5px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: all 0.3s ease; vertical-align: baseline;">15 Juni 2017</i></div>
<i style="-webkit-transition: all 0.3s ease; background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: 'Open Sans', sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22.5px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: all 0.3s ease; vertical-align: baseline;">Nahayuka </i><br />
<br style="-webkit-transition: all 0.3s ease; background-color: white; color: #222222; font-family: 'Open Sans', sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22.5px; outline: 0px; text-align: justify; transition: all 0.3s ease;" />
<i style="-webkit-transition: all 0.3s ease; background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: 'Open Sans', sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22.5px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: all 0.3s ease; vertical-align: baseline;">"Aku hanya Ingin Menghapus Rasa Ini", Bagian 20 dalam 30 hari menulis<br style="-webkit-transition: all 0.3s ease; outline: 0px; transition: all 0.3s ease;" />#RamadhanInspiratif<br style="-webkit-transition: all 0.3s ease; outline: 0px; transition: all 0.3s ease;" />#Challenge<br style="-webkit-transition: all 0.3s ease; outline: 0px; transition: all 0.3s ease;" />#Aksara</i>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-30208929535670868992017-06-14T09:03:00.000-07:002017-06-17T10:22:48.449-07:00Sok Tahu! Bukan Dia,Tapi Aku!<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Lj_Fw4CAvJ0/WUFe0Xr1p2I/AAAAAAAAAyE/Pb2TCrWHo64QUpAAl6qQwKpoMFVpNRCsgCLcBGAs/s1600/173020.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1108" data-original-width="1477" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-Lj_Fw4CAvJ0/WUFe0Xr1p2I/AAAAAAAAAyE/Pb2TCrWHo64QUpAAl6qQwKpoMFVpNRCsgCLcBGAs/s320/173020.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Sok tahu!</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan dia, tapi aku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang tadi, aku dan dia keliling beberapa tempat fashion sebelum pulang ke kampung halaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Siang tadi panas, dan kami sudah berjalan kesana-kemari berjam-jam. Lelah? Pasti!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita, kami sudah puas berhubungan dengan fashion dan memutuskan membeli jajanan untuk oleh-oleh. Karna sepertinya tempatnya tidak jauh, kami jalan kaki saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sini, ada perbedaan pendapat kecil. Aku bilang kita ke kiri, sedang dia bilang ke kanan saja. lebih dekat katanya. Yaaa ... karna aku tidak tau jalan yang dia maksut dan berniat ingin tau, akhirnya kita lewat kanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berjalan beriringan. Dalam hati aku masih berguman, "Deketan lewat kiri aja tadi lho ..."</div>
<div style="text-align: justify;">
Di belokan pertama, dia kebingungan. Aku semakin kencang berguman, "Nah .. kan ... gak tau jalannya kaaan. Dibilangin tadi lewat kiri aja."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami belok, ternyata dia tidak yakin, akhirnya kami kembali lagi ke jalan utama. Aku semakin menjadi, "Lah .. kan .. nyasar. Duh! katanya tau jalannya. Sok tau sih."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jalan ... jalan ... dan terus berjalan. Aku sudah kelelahan karna berangkatnya juga sudah lelah. Kami jalan beriringan, dengan dia yang ada di depan. "Nah itu, Nay," tunjuknya. "Deket kan?" tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hmm ... iya yah." responku ... jujur. Setidaknya tidak sejauh yang aku bayangkan selama di perjalanan. Di titik ini, aku mengutuki diri sendiri kenapa tadi kebanyakan bergumam di perjalanan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sok tahu!</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan dia, tapi aku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya tau kiri, sedang dia hanya tau kanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengalah dan mengikutinya ke kanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama perjalanan, aku meragukan pengetahuannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Benarkah kanan lebih menjanjikan?" selidikku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketidak percayaan terus mengikuti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terus bergumam, lalu terbayar penyesalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kiriku ternyata tak sebaik kanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku su-uzon pada teman seperjalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sok tahu!</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan dia, tapi aku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jika kamu tadi memaksakan lewat kiri, kamu tak akan tahu jika kanan juga memuaskan. Setidaknya, sok taumu bukan pemaksaan, Nay."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>14 Juni 2017</i><br />
<i>Nahayuka </i><br />
<br />
<i>"Sok Tahu! Bukan Dia,Tapi Aku!", Bagian 19 dalam 30 hari menulis<br />#RamadhanInspiratif<br />#Challenge<br />#Aksara</i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-7420580440646714772017-06-13T09:35:00.000-07:002017-06-17T10:22:56.723-07:00Mahal Merupakan Perjuangan<div style="text-align: justify;">
"Tau tidak Nay, Berlian mahal bukan karna keindahannya. Berlian mahal karna kelangkaannya. Tak akan kamu dapati harga berlian setinggi itu, jika setiap orang bisa dengan mudah memilikinya. Berlian mahal karna tak mudah untuk ditemukan. Seindah apapun berlian, dia tak akan berharga jika banyak berserakan dipinggir jalan."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitupun bunga edelweis. Kamupun juga setuju, jika dinilai melalui keindahan, mawar jauh lebih indah dari edelweis. Tapi ... bukan mawar yang indah itu, melainkan eldeweis lah yang jadi lambang cinta sejati. Jika disandingkan, edelweis lebih berharga dibanding mawar yang jelita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-vfPvkyd9yTs/WSzpRJ_3s9I/AAAAAAAAAdM/lpucu_1V2Og6M9m0wL9uvTdwq0nze2jvwCPcB/s1600/232062.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1108" data-original-width="1477" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-vfPvkyd9yTs/WSzpRJ_3s9I/AAAAAAAAAdM/lpucu_1V2Og6M9m0wL9uvTdwq0nze2jvwCPcB/s320/232062.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jadi ingat beberapa cerita mengenai bunga edelweis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitosnya, dahulu kala di puncak gunung Alpan, hiduplah seorang raja peri dengan putrinya yang cantik jelita. Kecantikan putrinya tersebar kemana-mana hingga banyak pemuda yang mendaki gunung guna mendapatkan hati si putri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si putri tak pernah jatuh hati pada pemuda yang menemuinya, hingga datang seorang pemuda sederhana yang berhasil mengambil hatiya. Si pemuda sering mendaki gunung dan menemui si putri hingga si raja mengetahui. Sayangnya, raja tidak merestui hubungan putrinya dengan seorang manusia. Bagaimanapun seorang peri tidak dapat bersatu dengan manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka akhirnya berpisah. Si putri sangat sedih dan menangis. Air matanya menetes menjadi bunga edelwies. Bunga edelwise menjadi bunga abadi di ketinggian, sama halnya dengan cinta mereka yang abadi walau harus terpisahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita selanjutnya, bunga edelweis membunuh banyak pejuang cinta. Ia menghilangkan nyawa orang-orang yang dimabuk asmara. Cinta membutakan pemiliknya hingga mengabaikan realitas yang ada. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan, seorang pemuda jatuh cinta. Si gadis akan menerima cintanya jika si pemuda bisa membawakan satu hal, bunga edelwies. Bunga itu terletak dipinggir jurang, di mana banyak pemuda sepertinya pernah mencoba mengambilnya dan semuanya berakhir jatuh lalu meinggal. Si pemuda menunjukkan perjuangannya, ia mencoba. Ia mencoba mengambil edelweis untuk pujaan hatinya, walau nyawa bayarannya. Dan ya ... pada akhirnya, sama seperti pendahulunya, si pemuda meninggal, Menyisakan perjuangan dan pengorbanannya yang akan selalu di kenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan begitulah, perjuangan menjadikannya mahal. edelwise di sanjung karna susah didapatkan, sama halnya dengan berlian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tau tidak Nay, membutuhkan waktu ribuan bahkan jutaan tahun untuk membentuk kristal-kristal berlian. Membutuhkan panas dan tekanan yang sangat tinggi untuk menghasilkan benda paling keras di dunia."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya, berlian diam pada kedalaman 150 kilometeran di bawah permukaan bumi. Ia tak muncul dengan sedirinya, ia dikeluarkan oleh letusan vulkanis yang maha dahsyat, lalu ditemukan orang-orang karna keindahan dan kelangkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sama seperti rang-orang hebat yang langka, sedikit jumlahnya. Mereka banyak 'diam', berjuang memperbaiki diri. Hingga ketika tiba masanya, ketika muncul 'keindahannya', orang berbondong-bondong 'menyorotinya'. Lantas, dirinya berharga jauh lebih mahal dibanding orang-orang di sekitarnya.</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
Bagaimanapun, mahal merupakan perjuangan.</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>13 Juni 2017</i><br />
<i>Nahayuka </i><br />
<br />
<i>"Mahal Merupakan Perjuangan", Bagian 17 dalam 30 hari menulis</i><br />
<i>#RamadhanInspiratif</i><br />
<i>#Challenge</i><br />
<i>#Aksara</i></div>
Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-15484061531550640602017-06-12T09:20:00.002-07:002017-06-17T10:23:44.930-07:00Dunia Terkadang Aneh, Orang Terkadang Alpa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-ltIvGRluAtE/WSzpS75ezPI/AAAAAAAAAdM/4jR1waT9eyIRYO79XyyeE91nY0zYPIOKACPcB/s1600/IMG_20170517_051633.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-ltIvGRluAtE/WSzpS75ezPI/AAAAAAAAAdM/4jR1waT9eyIRYO79XyyeE91nY0zYPIOKACPcB/s320/IMG_20170517_051633.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Lagi ...<br />
Dunia menunjukkan kelucuannya.<br />
<br />
Ada yang mengencangkan tali sepatu.<br />
Tetap berlari, bahkan kala yang lainnya berpuas diri dan berhenti.<br />
Ada yang membentangkan layar.<br />
Tetap mengarungi lautan, kala yang lainnya sudah cukup hanya dengan selusin ikan.<br />
<br />
Lantas,<br />
Yang perpuas diri lalu berhenti, berujar, "Aku tidak tau kenapa aku ketinggalan."<br />
Yang sudah cukup hanya dengan selusin ikan, berujar, "Aku tidak tau kemana perginya semua ikan di lautan."<br />
<br />
Lagi ...<br />
Dunia menunjukkan keanehannya.<br />
<br />
Dia yang beberapa waktu lalu mengangkasa, perkasa, bahkan terlalu tangguh untuk terjatuh ... <br />
Sekarang hanya termenung.<br />
Angin perlahan membawanya turun, tapi dia hanya terlena dengan sepoinya.<br />
Hujan perlahan menenggelamkan, tapi ia terlalu asik dengan rintiknya.<br />
<br />
Lihatlah ...<br />
Bahkan yang dahulu bagai dewa,<br />
Bisa menjelma nestapa.<br />
Bahkan yang dahulu dipuja,<br />
Bisa berakhir dicela.<br />
<br />
<br />
Lagi ...<br />
Dunia selalu mengikuti hukum-hukumnya.<br />
Dan kebanyakan orang di dalamnya lupa.<br />
Jika siang selalu bergantian dengan malam.<br />
Jika pelangi bermula dari hujan<br />
Jika sebab selalu menimbulkan akibat.<br />
<br />
Orang terkadang alpa, lalu menyalahkan sekitarnya.<br />
<br />
<br />
<i>12 Juni 2017</i><br />
<i>Nahayuka </i><br />
<br />
<i>"Dunia itu Aneh, dan Orang Terkadang Alpa.", Bagian 17 dalam 30 hari menulis<br />#RamadhanInspiratif<br />#Challenge<br />#Aksara</i>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2434616050275624768.post-56395483955503823512017-06-11T09:13:00.001-07:002017-06-17T10:23:53.930-07:00Dia Diam, Dia Menakjubkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-c6MsnkRorkg/WSzpSUjSmqI/AAAAAAAAAdM/wVzLcHW75FcUj-4ZxjzUPrEVPHV-SjokgCPcB/s1600/IMG_20170517_050956_HHT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-c6MsnkRorkg/WSzpSUjSmqI/AAAAAAAAAdM/wVzLcHW75FcUj-4ZxjzUPrEVPHV-SjokgCPcB/s320/IMG_20170517_050956_HHT.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Aku hanya memperhatikannya dalam diam,<br />
Saat dia tertawa padahal terluka<br />
Saat dia memberi padahal kekurangan<br />
Saat dia bilang iya, padahal memaksakan bisa.<br />
Juga, saat dia terdiam padahal berhak menggumam.<br />
<br />
Dia ...<br />
<br />
Bagai awan,<br />
yang diam-diam menghitam, lalu menjelma hujan.<br />
<br />
Bagai malam,<br />
yang perlahan selalu menghadirkan terang.<br />
<br />
Bagai ombak,<br />
yang tiba-tiba saja menenggelamkan.<br />
<br />
Aku hanya memperhatikannya dalam diam,<br />
Dan dia juga hanya diam.<br />
<br />
Aku hanya memperhatikannya dalam diam,<br />
Saat dia menjelma jadi rembulan.<br />
yang masih mampu bersinar, kala yang lainnya memudar. <br />
<br />
Aku hanya diam,<br />
Dia juga terdiam.<br />
Aku kenal dia.<br />
Dia tak mengenalku.<br />
<br />
Dia hanya diam, tapi fonomenal, terkenal.<br />
Dia hanya diam, tapi mengagumkan.<br />
Dia ... tak banyak bicara! <br />
Aku menyukainya, ingin sepertinya.<br />
<br />
Dia Diam, Dia Menakjubkan. <br />
<br />
<i>11 Juni 2017</i><br />
<i>Nahayuka </i><br />
<br />
<i>"Dia Diam, Dia Menakjubkan.", Bagian 16 dalam 30 hari menulis<br />#RamadhanInspiratif<br />#Challenge<br />#Aksara</i>Nahayukahttp://www.blogger.com/profile/07891902778801213401noreply@blogger.com0