Suatu Kisah dari Orang Yang Hanya Ingin Menerima


Seseorang mendiamkan pesanku setelah membacanya. Ya, aku tau beliau membacanya. Dua puluh menit berlalu, namun balasan tak kunjung datang.

Lantas aku merenung, 
"Ada yang salah dengan jawabanku!"

Aku hanya mengungkapkan apa yang ingin kuperoleh! dan itulah kesalahan fatalnya, hingga beliau bahkan tak berkenan untuk sekedar mengirim satu kata balasan.

Untuk sebuah pertanyaan, "Apa Motivasimu ...", aku hanya menjawab, "...dengan mengikutinya, aku bisa mendapat ..."

Dan bukankah orang yang sebenar-benarnya orang kaya adalah orang yang paling banyak memberi? 

Pada akhirnya aku sadari bahwa selama ini aku lebih sering meminta dari pada memberi. Belajar sesuatu agar 'bisa' dan 'mendapat', bukan agar 'bisa' dan memberi. Lebih sering berfikir, 'apa yang bisa kudapat' saat melakukan sesuatu.

Pada akhirnya teringat bahwa, orang-orang hebat dunia adalah mereka yang pada awalnya memberi, bukan menerima. Karna tentu saja, 'memberi' memiliki kekuatan sendiri yang membuatnya menjadi lebih berarti. 'memberi' memiliki kekuatan sendiri yang entah bagaimana selalu membuat pelakunya menjadi 'punya'. 

Lantas kuberanikan diri mengirim pesan susulan, "Setelah saya send, saya baru sadar jika motivasi yang saya ungkapkan di atas hanya berkisar seputar apa yang bisa saya dapatkan. Lantas, apa yang bisa saya bagikan? ........."

Dan sepertinya beliau amat menunggu jawaban saya itu, cepat sekali balasan susulan datang.

Memang, menyampaikan sesuatu yang membuat orang senang lebih mudah dari psds menyampaikan suatu 'penolakan.

Bandung, 2 April 2018
Nahayuka


No comments:

Powered by Blogger.