Bukan Tentang Uang, Tapi Kesungguhan! (Cerita Lolos SNMPTN)


Hari ini, saya berbincang dengan teman kuliah, berasal dari SMA swasta cina terkemuka yang sragam sekolahnya seperti anak korea.
"What? 18 juta cuma buat les beberapa bulan supaya tembus SBMPTN? Lah kan kamu lolos SNMPTN? Kebuang lah uang 18 juta?"
"Yah mau gimana lagi. Aku udah pesimis SNMPN tau. 18 juta tuh masih murah. Temen aku banyak yang capai 50 juta buat tembus SBMPTN."
"Gila! 50 juta? Ga keterlaluan tuh? Terus kalau SBMPTN ga tembus gimana? Ilang lah uang 50 juta!"
" ya makanya. Karna udah keluar 50 juta harus tembus SBMPTN."
"Bahkan, Temen aku ada yang masuk UNAIR lewat belakang habis 300 juta."
Mungkin kebanyakan orang akan berfikir, "beruntung sekali mereka, anak-anak orang kaya. Bisa les sana-sini. Lah kita?"
Jadi dia ini  (temenku) atlet entah di SMP atau SMAnya saya lupa. Dan cuma dari lomba renang, catur, sama matem dia bisa ngumpulin uang sampai 25 juta. Dan 18 jutanya buat biaya dia les supaya bisa tembus SBMPTN ITB. DIA BAYAR LES PAKAI UANGNYA SENDIRI! (baca juga: Miskin Bukan Takdir! )
Saya beritahu, di SMANSAMI dulu, kalau dihitung saya bisa mengumpulkan uang lebih dari 2 juta (dikit sih. Tapi karna hasil tangan sendiri jadi terlihat membahagiakan) dari lomba, beasiswa prestasi, dan menulis di Majalah sekolah.
Kalau difikir-fikir. Ini bukan tentang banyaknya uang yang di keluarkan untuk bisa masuk univ impian. Tapi kesungguhan dan kemauan.
"Aku ikut les, di karantina beberapa bulan sampe-sampe laptop dan hp aku disita coba," lanjutnya.
Dia sungguh-sungguh belajar!
Bukankah banyak juga anak tembus SBMPTN yang tidak  dengan les?
Ini tentang kesungguhan kita belajar!
Mereka rela mengeluarkan 50 juta dan waktunya, karna memang mereka punya!
Mungkin kita haya bunya 100 ribu dan waktu. Tak apa, gunakan itu! 100 untuk beli buku, dan gunakan waktu untuk mendalaminya. (baca juga: Antara Uang dan Kekuasaan)
Saya ingat dulu di Kelas 12 awal semester dua, saya membeli buku USM STAN via online karna waktu itu kemauan saya tembus USM STAN sangat besar.
Bandung, 21 Desember 2015
Nahayuka

No comments:

Powered by Blogger.