Teruntuk Mantan Calon Mahasiswa Sastra Indonesia.




Diambil dari annahere.com
Hai, perkenalkan aku Nahayuka, salah satu dari kalian. Kini aku menjadi mahasiswa FMIPA. Jauh dari hal mengenai bahasa dan sastra. Walau begitu, aku masih terus bersastra, membuat puisi dan bercerita.

Awalnya, berbulan-bulan lamanya, penaku benar-benar tak bertinta. Kering dan tak berguna.

"Kenapa aku di sini?" tanyaku slalu. (Baca: Gila!! Aku Tak Ingin Waras!! )
"Harusnya, aku di sana. Duduk dan berbincang bersama teman serupa. Mengembangkan minat dan bakat."

Selalu! Pemikiran itu membuat
minat menggores tinta benar-benar tak ada. Lantas, bersama berlalunya waktu dan kenyataan yang ada di depan mata, keinginan itu kembali ada.

Bukan! Bukan keinginan untuk keluar dari FMIPA lalu pindah ke sastra. Bukan! Tapi keinginan untuk kembali bercerita.

"Bukankah tak perlu menjadi mahasiswa sastra hanya untuk bercerita?!" kesadaran itu tiba-tiba menyapa.
"Apa dikehidupan ini, kau hanya akan bercerita?"

Lalu, pertanyaanku pada kak Marializa Hasni, lulusan Hukum Airlangga yang Sekarang menjadi jurnalis televisi Nasional Indonesia semakin memberi penerangan.

"Kak, kalau sejak SMP kakak ikut pelatihan dan lomba-lomba jadi jurnalis, kanapa kakak malah masuk hukum Airlangga?" tanyaku waktu itu.
"Karna bahasa bisa di pelajari sendiri."

Dari jawabannya yang tak singkat, hanya satu kalimat itu yang paling kuingat.

Atau  kalimat yang kudengar dari teman satu FMIPA siang ini. "Kalau cuma bahasa, tak terlalu perlu belajar formal. Mending belajar yang lainnya. Jadi tidak cuma bisa berbahasa."

Note: hanya berusaha menghibur.
Salam damai, Nahayuka.

3 Maret 2016


Hai, perkenalkan aku Nahayuka, salah satu dari kalian. Kini aku menjadi mahasiswa FMIPA. Jauh dari hal mengenai bahasa dan sastra. Walau begitu, aku masih terus bersastra, membuat puisi dan bercerita.

Awalnya, berbulan-bulan lamanya, penaku benar-benar tak bertinta. Kering dan tak berguna.

"Kenapa aku di sini?" tanyaku slalu. (Baca: Gila!! Aku Tak Ingin Waras!! )
"Harusnya, aku di sana. Duduk dan berbincang bersama teman serupa. Mengembangkan minat dan bakat."

Selalu! Pemikiran itu membuat

minat menggores tinta benar-benar tak ada. Lantas, bersama berlalunya waktu dan kenyataan yang ada di depan mata, keinginan itu kembali ada.

Bukan! Bukan keinginan untuk keluar dari FMIPA lalu pindah ke sastra. Bukan! Tapi keinginan untuk kembali bercerita.

"Bukankah tak perlu menjadi mahasiswa sastra hanya untuk bercerita?!" kesadaran itu tiba-tiba menyapa.
"Apa dikehidupan ini, kau hanya akan bercerita?"

Lalu, pertanyaanku pada kak Marializa Hasni, lulusan Hukum Airlangga yang Sekarang menjadi jurnalis televisi Nasional Indonesia semakin memberi penerangan.

"Kak, kalau sejak SMP kakak ikut pelatihan dan lomba-lomba jadi jurnalis, kanapa kakak malah masuk hukum Airlangga?" tanyaku waktu itu.
"Karna bahasa bisa di pelajari sendiri."

Dari jawabannya yang tak singkat, hanya satu kalimat itu yang paling kuingat.

Atau  kalimat yang kudengar dari teman satu FMIPA siang ini. "Kalau cuma bahasa, tak terlalu perlu belajar formal. Mending belajar yang lainnya. Jadi tidak cuma bisa berbahasa."

Note: hanya berusaha menghibur.
Salam damai, Nahayuka.

3 Maret 2016



No comments:

Powered by Blogger.