Mungkin Dibegal Karna Spesial? (Aku Rindu Kampungku)

"Mau kemana mbak?"
"Mau jalan sama temen, buk."
"Pulangnya jangan terlalu malem yaaa ..."
"Kenapa buk? Begal?"
"Rampok."
"Kirain begal. Soalnya kemaren  tiga hari berturut-turut anak ITB kena begal."
"Tiga hari sebelum begal itu, ada yang di rampok malem-malem. Jadi orangnya lagi jalan terus ditabrak dulu dari belakang lalu tasnya diambil. Di sana tuh kejadiannya."


Akhir-akhir ini anak Ganesha memang sedang dirisaukan dengan tindakan kriminal yang sering terjadi dan menimpa masyarakat Ganesha.

Ketegangan memuncak seiring dengan tersebarnya pesan berantai yang berasal dari dekan FTMD. Dalam pesan tersebut sang Dekan menghimbau agar warga Ganesha lebih berhati-hati, dan kejadian yang menimpa putranya (mahasiswa kampus gajah) tidak diulangi oleh mahasiswa lainnya

Pesan dari Dekan FTMD yang tersebar
di group line.

Kisah bermula ketika si korban dan satu orang temannya keluar dari kampus pukul 00.30-an. tak lama setelah doi meninggalkan gerbang depan kampus dengan motornya, dua pengendara lain sebut saja pembegal serta Merta mengikuti mereka. Merasa jika yang mengikuti bukan orang baik-baik, korban menambah kecepatan motornya dan bermaksud menjauh.

Ternyata, begal terus mengejar dan memepet bahkan menodongkan samurainya. Korban bermaksud untuk belok ke SPBU. Namun karena terus dipepet, korban tidak bisa berbelok ke SPBU. Endingnya nih, korban sampai di mcD dengan susah payah dengan tubuh berlumur darah karena tersabet samurai sipembegal.

Berkat pertolongan dari karyawan mcD, korban berhasil di bawa ke rumah sakit terdekat dan selamat. Pegawai rumah sakit tempat korban dirujuk mengungkapkan jika di malam sebelumnya juga ada mahasiswa kampus gajah korban begal yang dilarikan ke sana.

Kejadian pembegalan tersebut terjadi di jalan Dago yang notabennya adalah jalan raya dengan ruko dan kafe berjejer-jener. Banyak anak Ganesha yang bertanya-tanya bagaimana mungkin tidak ada yang melihat kendaraan korban dipepet dan ditodong samurai dan kejar-kejaran di jalan raya tengah kota Bandung.

Dan keesokan hari setelah peristiwa tersebut, beredar kembali pesan rantai bahwa telah terjadi pembegalan lagi dengan korban wanita. Motornya diambil dan dikabarkan bahwa si wanita yang juga mahasiswa Ganesha tidak terluka.

Usut punya usut menurut berita yang beredar, ternyata sedang ada pelantikan gengster-gengster di Bandung. Dan sebagai syarat masuk mereka mesti mendapat sepuluh motor. Jadi mereka tidak akan melukai jika saat mereka mendatangi korban, korban langsung pasrah dan tak melawan saat motornya mereka ambil.

Menanggapi rentannya anak Ganesha yang terkena begal saat pulang malam, salah satu gedung di kampus Ganesha memasang poster berisi himbauan kepada mahasiswa untuk lebih baik menginap di kampus jika belum pulang sampai pukul sepuluh malam. Jam malam di kampus gajah sendiri hanya sampai pukul sebelas. Satpam biasanya akan berpatroli dan mengusir mahasiswa keluar dari kampus jika masih berkegiatan di atas jam malam.

Yang masih jadi pertanyaan anak Ganesha nih, dari banyaknya kampus di Bandung, kenapa cuma anak Ganesha yang paling rendang menjadi korban tindak kriminal?

Tahukan jika mahasiswa ITB itu sangat jarang memakai jas almamaternya? Bahkan kebanyakan mahasiswa hanya memakai jas waktu ospek saja. Setelah itu, selama empat tahun kuliah mereka tak menyentuh jamalnya lagi.

Dulu waktu ospek, mahasiswa ITB sangat dihimbau untuk tidak memakai jas almamater di luar kampus. Jas almamater hanya boleh di pakai di dalam kampus atau di kos dan rumah masing-masing. Hal itu ternyata dilakukan untuk meminimalisir tindak kriminal pada mahasiswa ITB. Di katakan bahwa banyak anak ITB yang jadi korban kriminalitas. Banyak penjahat yang mengincar anak ITB. Mungkin karena dinilai anak  ITB anak anak-anak orang kaya yang berkantong tebal.

Ada perbedaan yang kurasakan selama disini. Di sini, saat pulang malam yang kutakutkan adalah jika tiba-tiba ada orang yang mengikuti dari belakang, ada yang menyekap dan sejenisnya. Dulu di kampungku, jika pulang malam yang kutakutkan adalah dedemit yang mengikuti dari belakang, yang tiba-tiba muncul dari depan, atau yang bergelantungan di pepohonan.

Disini walau ditengah kota, di tengah cahaya lampu malam yang lumayan terang, ditengah jalan raya dengan kendaraan berlalu lalang, tindakan kriminal masih saja datang. Di kampungku, walau jam delapan malam suasana sudah seperti di kuburan, tak ada tindakan kriminal, berkendara sendirian tak ada yang membegal.

Dulu di kampus, mendengar tindak kriminal terjadi di sekitar tempat tinggal kagetnya bukan kepalang, "kok bisa?". Di sini, mendengar tindak kriminal sudah biasa. 

Nay
23 Oktober 2016
21:24

2 comments:

  1. ko bisa ya masih ada gangster yang bikin rusuh.. semoga ini cepat berlalu ya
    salam kenal

    ReplyDelete

Powered by Blogger.