Mengambil Hikmah dari Kisah Hidup Hellen Keller

Pada tulisanku ke 15 dalam 30 hari menulis inspiratif, aku menulis ini,
Atau juga beralasa, "Dia punya ini, aku ... Dia punya itu, aku ..."
Padahal aku sendiri yang lupa melihat sekeliling. Tidak ingat Hellen Keller yang bisa menakjubkan padahal banyak kekurangan. Tidak melihat orang yang bisa begitu mempesona padahal Tuhan membuatnya 'tak sama' dengan yang lainnya.
Akan aku ceritakan orang yang luar biasa padahal Tuhan membuatnya berbeda dengan yang lainnya. Ya ... Hellen Adams Keller atau yang lebih dikenal dengan Heller Keller.

Diambil dari Wikipedia
Helen Keller, wanita kelahiran 1880 dan meninggal  pada umur 87 tahun ini adalah seorang aktivis politik dan dosen Amerika. Ia menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, dan The Lions Humanitarian Award. Ia juga mendapat gelar Doktor kehormatan dari Temple University dan Harvard University serta Glasgow University di Skotlandia.

Semasa hidupnya, Hellen telah menulis 12 buku, juga banyak artikel terkenal. The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa merupakan salah satu bukunya yang fenomenal.

Melihat daftar prestasinya saja, Hellen Keller sudah bisa dikatagorikan orang yang luar biasa. Namun Cerita hidupnya jauh lebih luar biasanya lagi.

Heller Keller di diagnosa mengalami kecacatan otak akut pada usia 19 bulan, dan Dokter mengatakan dia tak akan bisa lama bertahan hidup. Ternyata, Tuhan berkata lain. Heller Keller bisa bertahan hidup, namun  ia kehilangan pendengaran dan penglihatannya. Karena sejak bayi Hellen Keller tidak bisa mendengar, otomatis dia juga bisu.

Dengan kondisinya yang buta, bisu, dan tuli, Hellen Keller tumbuh menjadi Anak yang bertempramen buruk dan suka marah-marah. Ia juga suka memecahkan barang-barang disekelilingnya hingga ia dicap anak yang bodoh. Hellen ... dia tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang. Ia tidak bisa menangkap keinginan orang lain dan tidak bisa menyampaikan keinginannya pada orang lain.

Beruntungnya, Hellen memiliki keluarga yang tidak menyerah dengan kondisinya. Ayahnya mencarikannya seorang guru yang karna ketekunannya bisa membuat Hellen Keller dapat berkomunikasi.

Kondisi Hellen Keller semasa kecilnya sama dengan kondisi Melati, tokoh utama novel best seller karya Tere Liye yang berjudul, "Moga Bunda Disayang Allah". Karna memang novel tersebut terinspirasi dari kisah hidup Hellen Keller. Bedanya, guru Hellen Kellen merupakan wanita yang sebelumnya mengalami desibilitas bernama Anne, sedang guru Melati seorang pria bernama Karang. Keberhasilan mereka berdua dalam berkomunikasi dengan tokoh utamapun sama, mulanya dengan air.

"Waktu itu Anne memompakan air dingin ke telapak tangan Helen, Anne mengeja kata w-a-t-e-r ke sebelah tangan Helen. Ketika Helen menyadari bahwa gerakan gurunya pada telapak tangannya itu melambangkan ide “air”, akhirnya Helen pun mengerti. Helen kemudian meminta untuk diajari bagaimana mengeja nama-nama semua benda asing lain di dunianya." ---menurut suatu sumber.

Sejak saat itu kemajuan Heller Keller menakjubkan. 

Pada usia 30 tahun, Helen menambah kemampuan olah vokalnya untuk memperkuat urat vokalnya agar suaranya bisa didengarkan dalam ruangan kuliah. Hingga ia bisa berpidato di depan publik di Montclair, New Jersey sebagai pidato pertamanya.

Begitu kerrennya, kisah hidup hellen keller mendapat dua piala oscar, dan membuatku mengidolakannya sejak lama.

16 Juni 2017
Nahayuka

"Mengambil Hikmah dari Kisah Hidup Hellen Keller", Bagian 21 dalam 30 hari menulis
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

No comments:

Powered by Blogger.