Ketika Hati dan Jari Saling Mengadu

Aku biarkan jariku menari-nari sesukanya. ia begitu garang mengetuk not-not keyboarku yang terus meringis kesakitan. "tak ada ampun" lirihnya tak punya hati, memang. ya benar. ia hanya punya urat nadi. jadi jangan salahkan dia yang tak punya hati. ia memang tak punya hati. tuhan tak memberikannya hati.

Jariku benar-benar tlah putus asa. Ia berdoa siang malam pada pencipta, "Tuhan, berikan aku hati, agar aku mampu merasakan segala perasaan yang ada dibumi ini" pintanya. 

Dada yang setiap hari melihat kegelisahan tetangganya merasa iba. bukan hanya iba pada sang jari, namun juga iba dengan dirinya sendiri. " untuk apa kau miliki hati, jika ia hanya akan membawa rasa yang sulit di mengerti." ucap Dada. Ia berdoa "Tuhan, ambillah hati ini. agar aku tak terluka dan menderita lagi."

Jari mendengar perkataan Dada. Selama ini ia sangat iri melihat Dada yang bisa merasakan semua perasaan yang ada. Jari iri. Selama ini hidupnya hanya kelabu. tak ada hitam, maupun putih. Ia berkata pada Dada " Dada mengapa kau bilang untuk apaa memiliki hati?? bukankah karna hati selama ini kau bisa merasaan apa itu bahagia, apa itu sedih, dan apa yang dinamakan jatuh cinta. sementara aku..." Jari tak sanggup melanjutkan perkataanya.

Dada hanya terdiam. saat ini ia sedang terluka. Hati yang terluka membuatnya menderita. " Jari, tahukah kau ada yang bisa dilakukan hati untuk tubuh dan kehidupanmu?? Jika sedang senang kau memang bisa tertawa bahagia. namun saat terluka kau akan merasa lebih baik mati saja. kau tahu?? hati ini sangat menyiksa kehidupanku..." 

" Dada, setidaknya kau bisa merasaan bahagia dan menderita..." Sanggah Jari.

Kini dada dan jari saling terdiam. mereka berusaha mencerna perkataan yang dilontarkan tetangganya.

Nahayuka


No comments:

Powered by Blogger.