Belajar di ITB Mudah!


"Dulu saya pikir di ITB sudah sangat sulit. Ternyata, ITB tidak ada apa-apanya di banding Korea."

Buka calon Dosenku. "Kalian itu masih tahap TPB. Tahap Paling Bahagia. Belum nanti di jurusan. Percaya saja. Orang lain belajar lebih keras dari kalian."

Awalnya salah satu dari kami bilang, "pak, satu jam pelajaran waktunya 50 menit. Jadi dua jam 100 menit. Sisa 20 menit (sering kurang malahan. Dosen mapel pertama belum keluar, mapel kedua sudah menunggu di luar) untuk kami istirahat." 

Yah! Kami, anak TPB mulai kuliah jam 7 dan baru istirahat pukul 11. Baru istirahat! Kuliah belum selesai. Empat jam kami duduk di kelas  belajar Fisika dan langsung
disambung kalkulus. 

"20 menit untuk istirahat? Saya baru paham jika sisa 20 menit itu ada untuk digunakan berjalan pindah ruangan. Kalian tidak pindah ruangan! Jadi saya tidak bisa menerima jika alasan kalian minta 20 menit adalah untuk istirahat."

Lalu, Bapak calon Dosen membicarakan tentang bagaimana kerasnya belajar anak Jepang, Korea, dan Cina. Yang intinya adalah
, "Kalian baru seperti ini di ITB saja sudah mengeluh. Bagimana jika kalian nanti di Korea atau Cina?" 

Btw, kuliah di eropa tidak seambis di Asia.


Yah! Calon dosen ITB memang mendapat pelatihan terlebih dahulu sebelum jadi Dosen. Mereka akan menjadi Asisten Dosen terlebih dahulu. Memandu tutorial dan menggantikan jika Dosen berhalangan. Seperti saat ini, calon dosen menggantikan dosenku karna beliau sedang berhalangan. Katanya, "Kalian itu beruntung memiliki dosen fisika seperti beliau (Dosenku) beliau berupakan ketua cabang Quality Control Fisika  Asia Tenggara. Jadi sibuk." Perasaan Dosen ITB sibuk semua. Hampir tiap bulan bolak-balik lintas negara. Walau sibuk, hampir tidak ada kelas yang libur. Full tiap waktu. Jika dosen berhalangan, beliau akan mengganti jadwal lain waktu atau meminta asistennya untuk mengajar.

Syarat jadi dosen ITB adalah S3 luar negeri. Jika S3 masih di ITB tidak bisa jadi dosen ITB. Maka dari itu, banyak Dosen yang mengajar di Univ lain dulu baru daftar ITB. Seperti calon dosenku ini.

Duh! Jadi ingat perkatannya waktu perkenalan sebulan lalu. "Saya juga mengajar di Univ lain. Tapi saya tidak akan memperlakukan kalian sama dengan mahasiswa saya di Univ lain." sebetulnya, kalimat itu sama artinya dengan, "Mahasiswa ITB kan? Mudahlah cuma soal seperti ini."

Jadi pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini adalah, "mungkin kamu merasa berjuang lebih keras dari orang di sekitar kamu. Masalahnya, kamu hanya melihat orang di sekitarmu. Padahal dunia ini luas dan di ujung sana ada orang yang berjuangnya berkali lipat lebih keras dari kamu."

24 Februari 2016
Nahayuka

1 comment:

Powered by Blogger.