Kebenaran yang Tak Ku Laksanakan di Hari Raya

"Minal Aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin"
Pada akhirnya, aku tetap menggunakan kalimat itu ke orang-orang, bahkan saat aku telah membaca tulisan orang tentang ucapan yang benar di hari raya.
Memang ya, orang terkadang masih saja menggunakan hal yang 'kurang benar' saat dirinya sudah tau mana yang benar-benar suatu kebenaran hanya karna semua orang sudah mengangmap suatu,yang "kurang benar' sebagai sebenarnya kebenaran.
begini bunyi tulisan orang yang kubaca beberapa hari sebelum idul fitri.
Bahwa, ucapan minal aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin sebenarnya bukan ucapan yang tepat untuk dilontarkan di hari raya. Bahwa jika ucapan itu di lotarkan pada orang arab, mereka akan heran. 

Biarpun berbahasa Arab, ucapan minal 'aidin wal-faizin ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentang ucapan ini, baik berupa hadis, Atsar, atau lainnya. (Ini kata wikipedia walaupun aku sendiri tau kalau bikin tulisan yang kredible ga boleh cari sumber dari wikipedia)

Minal ‘Aidin wal Faidzin dari beberapa sumber yang kubaca ternyata bukan bersumber dari sunnah nabi (ini aku baru tau). Ada yang bilang jika itu hanyalah ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang bernama “Shafiyuddin Al-Huli”, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya. (Dawawin Asy-Syi’ri Al-‘Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182).

Dari Jubair bin Nufair; beliau mengatakan, “Dahulu, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila saling bertemu pada hari raya, saling mengucapkan,

َتقَبَّÙ„َ الله ُÙ…ِÙ†َّا ÙˆَÙ…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ

Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.” (Sanadnya hasan; Fathul Bari, 2:446)

Aku juga baru tau kalau Minal ‘Aidin wal Faidzin wal faizin artinya bukan mohon maaf lahir dan batin (Ketauan banget ga bisa bahasa arab dan males cari tau, kan.). Tapi-tapi-tapi kan, Minal ‘Aidin wal Faidzin udah jadi tradisi di kampung dan di indonesia (iya sih).

"Yah ... telat, Nay. Baru aja lebaran."
Ga papa sih, walaupun aku di lebaran ini belum bisa mengikuti sunnah Rosul, apa salahnya disebarkan? siapa tau lebaran tau depan ada yang bisa menggunakan. 

Okay ... sini tulisan yang ke 30 dalam tantangan menulis 30 hari selama Ramadhan. 
Selamat idul fitri, ya ...
Saya mengucapkan,
تقَبَّÙ„َ الله ُÙ…ِÙ†َّا ÙˆَÙ…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ
Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.”

Mohon maaf juga jika dalam tulisan saya selama 30 hari ini ada bagian-bagian yang menyakiti dan cenderug salah. Saya menganggap yang sudah saya sampaikan adalah benar benurut saya dan menurut beberapa sumber yang sama percaya, untuk itu, bisa dikoreksi jika ternyata apa yang saya anggap benar bukan merupakan sebenar-benarnya kebenaran.

Akhir kata mengikuti tradisi yang berlaku di indonesia dan karena hal ini tidak bisa disebut suatu 'kesalahan' juga,
 Minal ‘Aidin wal Faidzin
Mohon maaf lahir dan batin.


25 Juni 2017
Nahayuka

"Kebenaran yang Tak Ku Laksanakan di Hari Raya", Bagian 30 dalam 30 hari menulis
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara .
hanyalah ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang bernama “Shafiyuddin Al-Huli”, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya. (Dawawin Asy-Syi’ri Al-‘Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182)

Read more https://konsultasisyariah.com/7303-ucapan-selamat-idul-fitri.html

No comments:

Powered by Blogger.