Aku Lupa Hingga Tidak Ingat Untuk Bersyukur


Aku sering kali menilai kebahagian dari kemewahan.

Bahwa mereka yang makan direstoran mahal lebih bahagia dari yang makan di pinggir jalan.
Bahwa mereka yang rumahnya megah lebih bahagia dari mereka yang rumahnya 'sederhana'.
Bahwa mereka yang bersekolah di sekolah mahal lebih bahagia dari mereka yang sekolahnya kampungan.

Terkadang aku lupa ...
Banyak dari mereka yang makananya mahal tapi tak napsu makan.
Bahwa banyak dari mereka yang rumahnya megah berakhir mengenaskan.
Banyak dari mereka yang sekolahnya mahal berakhir mengecewakan.

Sering kudengar, tak semua tawa berarti kebahagian.
Aku juga dengar, si dia yang selalu ceria dan suka menghibur teman-temannya mencoba mengakhiri hidupnya.

Aku lupa,
Bahwa semua manusia hidup dengan masalahnya masing-masing.
Bahwa hidup terlalu naif untuk membiarkan pemiliknya selalu bahagia.
Bahwa bahagia bukan sekedar berapa banyak harta, berapa banyak terlihat tertawa.

Aku lupa
Ada orang yang makannya sedikit lebih mahal, kadar bahagianya melebihi orang yang naik jabatan.
Ada orang yang nilai matematikanya tuju puluh,  kadar bahagianya melebihi orang yang cumlaud.
Ada orang yang diajak ke pasar, kadar bahagianya melebihi mereka yang bisa bebas keluar negeri.

Kadang aku lupa,
Anak-anak yang berlarian mengejar layangan di sawah itu lebih bahagia dari anak yang bermain dengan pembantunya.
Satu keluarga sederhana yang makan bersama itu lebih bahagia dari seorang yang makan di restoran mewah sendirian.

Aku lupa ...
Bahwa dilihat dari berbagai sisi, aku juga lebih beruntung dari kebanyanyakan orang.
Aku lupa ...
Aku lupa hingga aku tidak ingat untuk bersyukur.

 Secuil moment bahagia dari cuilan moment bahagiaku yang harusnya disyukuri;



"Aku Lupa Hingga Tidak Ingat Untuk Bersyukur", Bagian 14 dalam 30 hari menulis
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

No comments:

Powered by Blogger.