Kisah Si Makhluk Pelompat

Dingin, hawa dingin malam jumat wage yang membuat manusia normal dengan nyawa yang masih di batan ini benar-benar membuat tubuh makhluk yang terbungkus kain putih seakan menggikil, walaupun ia seharusnya tak akan bisa merasakan rasa dingin yang seperti itu. Tak akan bisa selayaknya.

Ia dengan melompat perlahan meninggakkan rumah barunya  yang kian terasa layaknya neraka. Walaupun, ia belum bernah merasakan hidup di neraka. Belum pernah sedetikpun. Dalam rumah barunya itu, ia seakan tak dianggap, tak diperlukan. Bahkan diantara semua penghuni lama, tak ada yang mau bicara padanya, kecuali ... seorang bocah kecil dengan tubuh bercat putih, namun tak seputih pakai makhluk yang jalannya melompat itu.

Makluk itu terus melompat, meninggalkan kerumunan makhluk lain yang tengan bersuka ria.

" Kau mau meninggalkan pesta kawan?"

" Pesta? itu pesta mereka, pestamu kawan. Bukan pestaku." jawabnya pelan dengan hati yang tak nyaman.

" Ini pestamu kawan. sudah jadi tradisi kami untuk membuat pesta menyambut keluarga baru" jelas bocah berwarna putih.

 "Pestaku? Untuk apa mereka membuat pesta untukku? Mereka membenciku. Bukankah diantara mereka tak ada yang mau bicara padaku sejak aku datang kemari? Kau lihat sendiri mereka membenciku." ujar makluk pelompat itu. Ia sedih.

Bocah berwarna putih diam. Ia tak tahu haus berkata apalagi. Semua yang dikatakan temannya itu benar. Makhluk disini tak ada yang menyukai temannya itu. Bahkan diantara mereka ada yang melarangnya untuk bicara pada temannya itu.

"Mengapa mereka membenciku, kawan? Apa salahku?" tanya makhluk pelompat akhirnya.

Bocah putih tergagap. tak menyangka akan mendapat pertanmyaan seperti itu.

"Mengapa mereka membenciku, kawan," desak makhluk pelompat tak tahan dengan pertanyaannya sendiri yang selalu muncul di kepalanya.

"Entahlah, aku sendiri juga tak tahu," dusta bocah putih.

Makhluk pelompat semakin mendung. Ia menundukkan kepala

"Maafkan aku atas ketidak thuanku, kawan." ujar bocah putih merasa kasihan, tak tak nyaman atas kebohongannya.

"Aku pergi dulu mencari kenyaman, " ucap makhluk pelompat lagu melompat membelah pekatnya melam yang hampir menghilang.

Bocah putih hanya terdiam. tak berani lagi menghentikan kepergiannya temannya. Ia tak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyyan dari tyemannya itu jika dia bersikeras menahan makhluk pelompat untuk tidak pergi.

Galau, atau entah perasaan apa itu. Ia baru saja berbohong, dan ia tidak terbiasa berbohong. Bukankah berbiohong demi kebaikan itu dibolehkan, pikir bocah putih mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ya ... tak mungkin ia jujur dengan temannya itu. Karna kejujuranyya akan membuat temannya hancur.

Mereka makhluk-makhluk itu membenci mahkluk pelompat karna mereka tahu jika makhluk pelompat itu pasti akan dan menjadi anak kesayangan tuan mereka. Mereka benci terhadap makhluk pelompat itu karna tuan mereka memperlakuakan makhluk pelompat tak seperti memperlakukan mereaka. Seperti saat makhluk pelompat itu datang sebagai anggota baru tanpa diintrogasi dan tanpa melakukan penebusan dosa. Tak seperti mereka yang harus diiintrogasi dengan kejam dan melakukan penebusan dosa dengan menyakitkan. Mereka marah, dendam dan ... cemburu.

"Kau lihat si pelompat menjijikkan itu?" tanya seoranmg tinggi besar dan hitam.

" Dia pergi, cari kenyamanan," ujar bocah putih tak bersemangat.

"Belum kembalikan?"

Bocah kecil hanya mengangguk, ia sedih, tahu apa yang akan terjadi pada kawannya itu.

"Baguslah. Malam akan segera usai sebentar lagi mentari bersinar. Semoga saja makhluk memualkan itu tidak pulang." ujar makhluk tinggi besar hitam dengan senangnya.

Bocah putih menengadah. Memperhatikan ufuk timur yang sudah mulai bercahaya. Pagi datang. Temannya tak pulang. Tak akan pulang dan tak akan pernah bisa pilang. Makhluk-makhluk lainnya telah masuk kesarang, begitu juga dengan nya yang akan segera mengikuti.

By: Nahayuka



No comments:

Powered by Blogger.