Ketika Impian Ditertawakan

"Saya akan pergi ke Prancis, Pak."
"Aduh ... Nak, ke Prancis? Itu kan sulit, sungguh sulit!"
"Kalau nentukan target itu sedikit, demi sedikit. Jangan langsung membidik sejauh itu!"
"Iya, aku percaya kamu bisa ke Prancis. Dengan jadi TKW ..."
"Ha ha ha ha" 
yang lain tertawa, menyindir dan menjatuhkan!

Aku yang mendengar hanya tersenyum. Miris! . Begitupun dia, temanku yang ekspresinya berubah seketika. Walau masih ada senyum tuk menyamarkannya. Sebelum aku bercerita lebih lanjut, simak ini!

Chairul tanjung (pemilik Trans TV, Tansmart, dll) dahulu sekali pernah bermimpi mempunyai tiga media  (cetak, radio, stasiun TV) sekaligus.  sebelum jadi kaya tentunya.  dan sekarang ia memiliki semuanya.

Warren Buffet, di album kenangan SMAnya tertulis "suka matematika, calon pialang saham" besarnya benar-benar menjadi pialang saham dan menjadi  orang terkaya no 3 di dunia.

Indonesia, sejak zaman rakyatnya belum punya senjata sudah bermimpi bisa Merdeka. Miris memang. Sulit! Nyatanya, sekarang kau bisa melihatnya!

Dan ribuan mimpi "gila" jadi nyata lainnya.

Sebenarnya, impian dia, temanku untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke Prancis itu biasa. Teramat biasa mlahan! Hanya saja, impian itu jadi terasa terlalu luar biasa karna ia berada di lingkungan "bawah" Dimana hanya TKI dan TKW saja yang bisa ke luar negeri.

Yang ingin kusoroti  di sini sebenarnya mereka, orang yang "tinggi" berpengalaman dan berwawasan luas, entah mengapa bisa memberi tanggapan seperti ini:

"Aduh ... Nak, ke Prancis? Itu kan sulit, sungguh sulit!"
Sulit? Sepertinya Anda merendahkan kemampuannya! Kalaupun benar kemampuannya itu rendah, setidaknya Anda memberinya semangat dan memberi nasehat yang lebih baik lagi! Kun fayya kun! Anda pasti tahu ini.
"Kalau nentukan target itu sedikit, demi sedikit. Jangan langsung membidik sejauh itu!" (Yang bilang kayak gini itu orang yang gak punya cita-cita semasa kecil!)
Kalau begitu untuk apa ada cita-cita? Yang katanya cita-cita tertinggi itu masuk surga. Gak mungkin juga ada kejadian kayak gini:

"Gila bro, loe baik banget sih! Soleh lagi."
"Yaiyalah gue kan pengen masuk surga"
Masak iya mau jawab, " Cuma pengen orang lain seneng! Dan gue tentrem" (Kagak mungkin! Akhir-akhirnya juga nyangkut Tuhan, agama, dan Surga juga!)

Sesorang yang punya tujuan tinggi itu juga pasti sudah menyusun target-taget anak tangga supaya bisa sampai ke sana. Jadi tujuannya jelas. Mau itu! Kalau sedikit-sedikit, terombang ambing. Selepas selesai ini trus bingung mau kemana lagi (kan emang gak ada tujuan)
Makanya, gak ada satu  motivator pun yang bilang "Jalani hidup seperti air ... Mengalir (gak ada tujuan, ngikut!) Semua bilang (tujuan! Cita-cita! Rencana!"
"Ha ha ha"

:) semua mimpi "gila" pasti ditertawakan :D  juga seperti biasa semua akan diam kala semua menjadi nyata.
Dan aku  pribadi merasa kasihan dengan mereka, dan dia pasti juga merasakan hal yang sama.
Sebenarnya aku menulis ini karna kecewa! Kecewa karna orang yang kukagumi ternyata tak sebaik yang kuduga. Dan itu mengurangi nilainya dimata saya.

Maaf kalau bahasa saya terlalu menggurui. 
 
"Tujuan yang tidak tercapai bukanlah tragedi kehidupan, yang menjadi tragedi sebenarnya adalah ketika tidak mempunyai tujuan untuk di capai." -Benjamin Mays"

Nahayuka, 27 juli 2015
  

No comments:

Powered by Blogger.