Kisah Antara Aku dan Tuhan

 
Kali ini aku akan kisahkan, tentang cerita yang aku sendiri sudah lupa.

Jadi begini, dahulu sekali, sebelum aku turun ke dunia dan bergelar Nahayuka, aku bertanya pada sang pencipta. 
 " Tuhan, bolehkan hamba memilih sendiri keluarga mana yang ingin hamba singgahi?"
Tuhan mengalihkan pandangannya dari kaca kehidupan tuk mengatur alam. Sekarang, Tuhan mendangku.
 "untuk apa?"
"Tentu saja agar hamba dapat hidup tentram dan nyaman."
Tuhan tersenyum. "Semua calon penghuni Dunia beringinan demikian. Kau tahu?"
"Hamba tahu, itu sudah sifat manusia. Lantas, kenapa Tuhan tidak turuti saja permintaan kami? Bukankah Tuhan Maha pemberi? Ujarku. Berharap dengan perkataan seperti itu tuhan akan mengabulkan keinginanku.
"Kalau semua manusia tentram dan nyaman, bagaimana dunia bisa berjalan?" Tuhan masih tersenyum.
"Tuhan, jika salah seorang manusia kekenyangan sementara yang lainnya kelaparan. Apakah itu adil? Bukankah engkau Maha Adil?" Aku tak sanggup lagi terlalu lama menyimpan kenyataan yang terus menekan itu.
"Semua manusia tercipta dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung bagaimana cara mereka memanfaatkannya. Tergantung seberapa besar usaha mereka. Itulah keadilan."
"Hamba belum mengerti, Tuhan. Bagaimana mungkin bisa disebut adil jika seorang manusia engkau turunkan pada keluarga yang kaya raya dan sempurna. Sedang yang lainnya ..."
 Aku merasa tak tenang untuk melanjutkan. Tuhan tersenyum.

"Sudah waktunya. Turunkah! Kau akan mengerti nanti." Ujar Tuhan seraya membuka pitu kehidupan.

Nahayuka, 13 Desember 2014

No comments:

Powered by Blogger.