Maaf, Aku Hanya Sedang Sedih

"Kamu lagi sedih, Nay?" Tanya Siw akhirnya.

Nay yang biasanya ceria terlihat murung malam itu, bibirnya melengkung kebawah.

"Iya." Jawabnya singkat.

Siw tak berani bertanya lagi. Sedang Nay terlihat enggan menjelaskan. Akhirnya mereka berdua terdiam.

"Aku sedih ... Aku sedih untuk hal yang kutahu tak selayaknya untuk disedihkan. Aneh kan?" Ujar Nay memecah keheningan.

Siw masih terdiam, bingung mau menjawab apa.

"Manusia memang aneh ya? Atau ... Cuma Nay yang aneh?"

"Manusia ... Bukan Nay yang aneh." Jawab Siw. "Aku juga kadang begitu."

Siw menunggu Nay menanggapi, namun Nay hanya diam membuat hening kembali datang. Akhirnya Siw kembali berujar, "Terkadang aku melakukan suatu tindakan walau aku tahu itu salah. Sangat aneh kan?"

"Tak seaneh yang kulakukan kok."

Sekarang, Siw menatap Nay lekat-lekat. Sedang Nay menatap Kerlip lampu nan jauh di sana, menyembunyikan matanya yang sedikit berkaca-kaca.

"Kamu melakukan tindakan itu karena nyaman, karena merasa kamu akan senang. Sedang aku? Apa yang ku dapatkan dengan bersedih?" Lanjut Nay.

"Kenyamanan? Kepuasan? Kelegaan? Kebebasan? ... Tidak mungkin tak ada, segala sesuatu ada manfaatnya Nay! Yang terpenting, sedih tak mengganggu dan melukai orang lain."

"Kenyamanan, kepuasan, Kelegaan, Kebebasan, dengan bersedih? Yah ... Mungkin aku memang selemah itu, hingga butuh sedih agar tenang."

"Bukan begitu maksudku ..."

"Aku tahu maksudmu baik, terima kasih." Potong Nay.

Hening kembali datang. Sekarang, mereka berpandangan.

"Maaf." Ujar Siw.

"Tidak ... Aku yang salah. Maaf ... Maaf. Aku hanya sedang sedih."

"Maaf, harusnya aku tak mengganggu dulu."

"Kau tidak mengganggu."

Mereka kembali terdiam. Wajah Nay semakin muram, bibirnya makin melengkung ke bawah. Siw semakin merasa jika kehadirannyalah yang menyebabkan mata Nay semakin berkaca.

"Oh ... Aku ada janji dengan seseorang. Aku pergi dulu Nay. Maaf ..." Ujar Siw setelah memandang jam tangannya.

Siw pergi membawa kembali berita bahagianya , dan ia lagi-lagi melakukan hal yang ia tahu itu salah.

Nay sendiri. Pandangannya berubah kosong, dan air mata memperparah kesedihannya.

Semakin sedih ... Nay semakin berfikir yang tidak-tidak. Kesedihannya mengusir Siw, sahabatnya sendiri. Membuat Siw tak enak hati hingga berbuat sesuatu yang tak baik untuk dirinya sendiri.

Benarkah sedih ada manfaatnya? Benarkah sedih tak mengganggu orang?

Bandung, 8 Oktober 2016
23:32 sedang di acara ITB SC, menginap di GSG Salman.


No comments:

Powered by Blogger.