Sisi Gelap Sebuah Tulisan, Untukku Sendiri Agar Tetap Berhati-Hati

Gambar diambil dari hercampus.com
Ku buat tulisan ini untuk menghargai pelajaran-pelajaran yang berdatangan mengenai suatu hal yang aku sukai.

Aku akan memulai dari kisahku sendiri. Beberapa tahun lalu yang tak ingin ku sebutkan itu tahun keberapa, sebuah buku mampu membuatku berfikir liar. Diceritakan dalam buku itu, tokoh utama yang merupakan orang muslim dengan keluarga yang keimanannya kuat memiliki teman seorang Atheis. Si muslim yang awalnya berniat untuk memuslimkan kembali temannya ternyata malah terbawa menjadi Atheis. Aku mengikuti semua kisah si orang muslim hingga hilang kepercayaan kepada Tuhannya. Dan ternyata ... bukan hanya si tokoh utama dalam buku saja yang akhirnya mempertanyakan Tuhan. Aku, si pembaca pun mulai berani mempertanyakan Tuhan pula, mulai tertarik mengenai Atheis dan teman-temannya.

Setelah ku cari review mengenai buku itu, ternyata tak ku temui review yang mengatakan jika buku tersebut bisa menyesatkan. Malahahan dibilang jika buku itu merupakan suatu karya yang menakjubkan. Jadi?

Jadi ... akhirnya ku simpulkan bahwa hal itu murni kesalahanku sendiri. Kesalahan karna membaca buku semacam itu saat dasar keimanan hampir nihil dan terlampau tipis. Jika saja saat itu aku memahami hal mendasar tentang keimanan yang tengah kupegang, hal semacam itu tentunya tak akan terjadi. Andai saat itu pengetahuan keimananku cukup, aku bisa memberi argumen-argumen yang tepat untuk menyangkal.

Mungkin saja, si penulis ingin memberi tau pada pembaca bagaimana Tuhan mengutuk orang yang tidak mengakui-Nya dengan cara membuat si tokoh utama di akhir hayatnya mengalami penderitaan. Si tokoh utama kembali mengingat-Nya sebelum kematiannya yang bisa dibilang tragis. Tapi jika si pembaca akhirnya lebih menangkap  yang lain  ....
Bukankah mengerikan ketika kamu bisa menghilangkan keimanan seseorang hanya dengan tulisan?
Kembali ke masa sekarang, saat orang-orang bisa dengan mudahnya menshare tulisan di media sosial. Adalah dasar pengetahuan dan keinginan untuk memperluas wawasan, hal yang dibutuhkan agar tetap bisa berpegang pada kebenaran saat kabar Hoax terus-terusan berdatangan. 

Atau lihatlah yang saat ini tengah terjadi. Ribuan orang bisa saling mencaci hanya karna secarik tulisan. 

Tentang benar dan salah. Sebagai seorang penulis, tentunya yang ditulis adalah hal yang telah dianggap benar. Ketika tulisan itu sampai ke publik dan akhirnya diperdebatkan, bagaimana?
Jika ternyata pengetahuan si penulis kurang hingga merugikan sebagian orang? Bagaimana?
Sebagai si penulis, Bukankah suatu dosa yang teramat besar ketika manusia saling mendebatkan dan pada akhirnya Tuhan menetapkan penolakannya?
 Ketika akhirnya si penulis banyak mendapat dukungan dan akhirnya berpegang teguh pada "kebenarannya", ingatlah dunia ini banyak dihuni orang-orang yang bermulut besar padahal tidak mengerti apa-apa. Dunia ini banyak dihuni orang yang dengan mudahnya men-judge orang lain salah padahal dirinya hanya melihat suatu persoalah dari satu pengetahuannya saja tanpa mau mencari tau pengetahuan yang lainnya. 

Ingatlah, Dunia ini juga banyak dihuni oleh penggemar fanatik, Penggemar yang menjadikan idolanya sebagai suatu kebenaran. Penggemar yang karna sudah terlampau takjub hingga tak melihat setitik cela pada idolanya. 

Maka, semoga diberi kerendahan hati bagi para idola untuk dapat menerima saran dari lawan mengenai setitik celanya, memfikirkannya, kemudian mencari kebenarannya. Dan semoga dengan kerendahan hati pula si idola bisa menyatakan kesalahannya, dan membuka mata para penggemar fanatik jika idolanya bukan orang tanpa cela.
Dunia ini juga  banyak dihuni kesalah pahaman dan kedengkian hanya karna tulisan.
Pada akhirnya aku kembali pada diriku sendiri. Sudahkan aku berhati-hati dengan tulisanku? Apakah tulisanku menyakiti sebagian orang? Apakah yang selama ini kutulis memang benar-benar suatu kebenaran? Dan apakah Tuhan nantinya akan men-judge tulisanku sebagai pembawa kebencian?
Tulisan bisa menjangkau ribuan kepala, sangat efisien untuk menyampaikan kebanaran. Tulisan juga bisa mengabadikan si penulis. Namun, bagaimana jika hal dalam tulisan yang dianggap benar  ternyata merupakan kesalahan yang menyesatkan? dan bagaimana jika  penulis tidak punya kesempatan untuk memperbaikinya?
31 Mei 2017
Nahayuka

"Sisi Gelap Sebuah Tulisan, Untukku Sendiri Agar Tetap Berhati-Hati", Bagian 5 dalam 30 hari menulis
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

No comments:

Powered by Blogger.