Dia Memiliki Kecantikan yang Dicirikan Tuhan


Syahdan di bagian bumi bagian timur, berdirilah kerajaan yang megah menawan. Istana terletak di tengah-tengah daerah kekuasaan agar rakyat bisa mudah menjangkau istana rajanya.

Suatu ketika kala dedaunan di kerajaan tengah berguguran, diadakanlah perlombaan memanah oleh raja yang bijaksana, Najai namanya, untuk siapapun yang mau mengikutinya. Adalah Zainal, pemuda ningrat dari negeri seberang yang tertarik untuk mengikuti perlombaan. Berkendaralah ia bersama para pengikutnya ke istana raja Najai sebelum hari perlombaan dilaksanakan.

Zainal dan para pengikutnya berkendara jauh melintasi padang dan hutan. di tengah perjalanan, tak terlalu jauh dari perbatasan daerah kekuasaan raja Najai, Zainal dan rombongannya terkena badai. Badai membuat kudanya lepas entah kemana, perbekalannya sirna, dan beberapa pengikutnya terluka.

Maka, rombongang menghentikan perjalanan. Zainal tak tinggal diam. Ia dan beberapa pengikutnya mencari pertolongan. Ketika mereka mulai lelah dengan pencariannya, rombongan lain melintas dan memutuskan menolong mereka.

"Terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuanmu. Aku dan para pengikutku pasti celaka kalau bukan karenamu."

"Sesungguhnya ini berkat kebaikan hati putri Seila. Kalau bukan atas permintannya, kami tak akan menghentikan perjalan." ujarnya serasa memandang tandu kerajaan tak jauh dari tempatnya berbincang.

"Sampaikan rasa terima kasihku yang sebesar-besarnya untuk putri Seila. Bolehkah saya tau siapa putri Seila itu?"

"Sepertinya kamu memang bukan orang sini. Putri Seila adalah putri yang dicintai oleh rakyatnya. Putri sebijak ayahnya, Raja Najai."

Selamatlah Zainal dan para pengikutnya. Atas bantuan putri Seila dan rombongannya, Zainal dapat sampai di istana raja Najai sebelum hari perlombaan.

Kala bulan dan bintang tengah menunjukkan eksistensinya, bersandarlah Zainal di bawah pepohonan kerajaan, ia tersenyum senang. Besok adalah hari yang menyebabkannya ia berkelanan lumayan jauh. 

Tapi, senyumannya bukan hanya karna besok adalah hari perlombaan. Senyumannya karna putri raja Najai yang cantik jelita. Ya ... cantik jelita. Putri Seila teramat cantik jelita. Ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Maka, Zainal merencanakan akan menemui putri Seila untuk mengucapkan terima kasih secara langsung. Tentu saja ... ia akan memenangkan perlombaan terlebih dahulu agar bisa menemui puti Seila dengan percaya diri. Lagi pula Zainal telah mempersiapkan diri dan kemampuan berkudanya tak bisa diragukan lagi.

Singkat cerita, dilaksanakanlah perlombaan dan keluarkan Zainal sebaia juara pertama. Maka sesuai rencana, ia menemui puti Seila yang bijaksana dan cantik jelita.

"Perkenalan saya Zainal, orang yang putri tolong beberapa hari lalu. Kalau bukan karena putri, saya tidak akan bisa mengikuti perlombaan ini, bahkan tidak bisa sampai sini."

"Aku ucapkan selamat atas kemenanganganmu. Tapi maaf ... saya tidak ingat telah menolong orang beberapa hari lalu."

'Putri yang cantik jelita dan bijaksana, ia bahkan tidak ingin mengingat kebaikannya, suaranya bahkan mampu membuatku bergetar' pikir Zainal. 

Sadar dengan diamnya, Zainal melanjutkan, "putri Seila, putri menolongku dan rombonganku yang terluka tak jauh dari perbatasan kerajaan."

Kini tawa sang putri membekukan Zainal. 

"Kamu salah sangka, putri Seila adalah kakakku. Aku putri Meisya."

Entah kenapa, Zainal tak ingin percaya. Bukankah penjaga kerajaan bilang jika wanita cantik yang ada di hadapannya sekarang adalah putri Seila?

"Saat di acara jamuan, seorang penjaga bilang jika putri adalah putri Seila."

"Saat di jamuan makan saya tidak pernah jauh dengan kakak saya."

Terdiamlah Zainal, ia mengingat-ingat wanita lain yang selalu di dekat putri Meisya saat acara jamuan.

"Saya undur diri, permisi."

"Silahkan putri, maaf karena saya salah .."

"Ya .. tak apa."

Pergilah putri Meisya, dan termenunglah Zainal.

'Kakakku lebih baik dan bijaksana, tapi orang-orang lebih senang memujiku,' pikir putri Meisya.

Ingat .. ya ... Zainal ingat wanita yang didekat putri Meisya saat itu. Dan entah kenapa ... rasanya ... Zainal lebih senang jika putri Meisya itu putri Seila. Tapi ... bukankah yang menolongnya adalah putri Seila yang ... 

***
”Sesungguhnya ALLAH tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian,tapi ia melihat hati dan amal kalian.” (HR.Muslim,Ahmad dan Ibnu Majah)

”Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhisannya adalah wanita shalehah.” (HR.Muslim,Ibnu Majah dan An Nasai)

Tapi ... bukankah semua berawal dari mata?
 Bahkan untuk sesuatu yang sudah sering dibaca dan didengar seperti kedua Hadist diatas, orang masih sulit untuk benar-benar memahaminya.

7 Juni 2017
Nahayuka

"Dia Memiliki Kecantikan yang Dicirikan Tuhan", Bagian 12 dalam 30 hari menulis
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

No comments:

Powered by Blogger.