Derita Jika Tak Jgo Bahasa Inggris

  Sumber gambar: voxy.com

 "Ini pertama kalinya aku nggak suka sama perpustakaan, Kak.  Nggak ada buku sastra ataupun novel-novel. Ada sih novel, tapi novelnya novel Zaman Siti Nurbaya yang lusuh kusam dan itupun novel sumbangan pula. Sedang buku-buku yang lainnya yang tebel-tebel dan terbaru itu pakainya bahasa inggris. Aku nggak bisa bahasa Inggris pula. Jadi sedih kalau di perpustakaan."

"Ini tuh Perpustakaan Riset. Nemang sudah tuntutannya begitu. 80℅ buku berbahasa inggris sama belanda. Kalau kamu cari semacam bukunya Raditya Dika mau sampe kapanpun juga gak bakalan nemu!"


"Kamu nggak bisa bahasa Inggris?"

"Bentar lagi MEA lho! (MEA: Masyarakat Ekonomi Asean. Bangsa asing bebas mencari kerja di Indo dan sebaliknya. MEA mulai berlaku di 2015 ini!)"

"Mumpung masih tingkat pertama TPB mending mulai serius belajar bahasa Inggris deh! Soalnya nanti di tahun ke-dua semua buku sumber pembelajaran pakainya bahasa Inggris."

"Terus Kalau TA (Tugas Akhir) juga pakainya bahasa Inggris. Jurnal-jurnal sains juga berbahasa Inggris."

"Belajar bahasa Inggris yang mudah itu nonton film pake subtitle Inggris atau baca novel bahasa Inggis. Kalau cowo lebih mudah lagi, pake apa Bro ..."

"Pake Game. Sambil nge-game maksutnya."

Pernyataan tidak bisa bahasa Inggris mendapat tanggapan serous dari tiga kakak tingkat di depanku. Sepenting itukah bahasa Inggris?

Sebenernya walau di perpustakaan 4 lantai berlift sebesar itu gak ada buku-buku bacaan ringan (novel) tidak terlihat ganjil karna perpustakaan itu memang milik instansi yang berorientasi pada teknologi dan riset. Di mana yang namanya teknologi dan riset itu sendiri gak bakalan terlepas dari bahasa Inggris (baca: bangsa asing) karna perkembangan riset dan teknologi sendiri mengelirnya dari luar negeri
.
Tapi apa cuma anak teknik, insinyur, profesor saja yang sangat penting untuk menguasai bahasa inggris?
Sekolah Bisnis Manajemen di sini di wajibkan masuk kelas bahasa inggris Writing (kelas dengan tingkat kemahiran bahasa inggrisnya tertinggi) entah bahasa inggris mereka memenuhi untuk masuk kelas itu ataupun tidak (paksaan) mereka calon pengusaha dan Pejabat tinggi perkantoran lho ... 

So ... Zaman sekarang bahasa Inggris itu tuntutan. Bentar lagi MEA gays! Mungkin bagi orang di desa, bahasa inggris bukan segalanya. Bisa hidup dan makmur tanpa bahasa inggris. Karna orang Asing yang ikut MEA juga kecil kemungkinannya bakal penempatan kerja di desa.

Di desa, pernyataan tidak bisa bahasa Inggris tak akan mendapat tanggapan yang serius! Biasa! Tapi itu di desa! 

Percaya atau tidak, jabatan tinggi di instansi (terutama kota) dipegang oleh mereka yang bisa berbahasa Inggris (Kan partner kerjanya juga dari luar negeri) lain lagi kalau di desa.
Cuma mau berbagi obrolan malam ini Gays ...

Bandung, 4 November 2015 22:47

No comments:

Powered by Blogger.