Bahasamu, Bahasaku ... Kita Sama Juga Berbeda

Sumber gambar: potential2success.com

"Vi, ada sesuatu yang buat kamu syok waktu pertama kali sampai Bandung gak?"

Tanyaku disela obrolan kami. 

"Bahasa," Jawabnya. "Aku minder sama bahasa Indonesiaku."

Yah Vivi dari lahir hingga SMA menghabiskan hari-harinya di Padang, di daerah yang tak didominasi bahasa indonesia. Akupun juga. Minder dengan bahasa Indonesiaku yang medhoknya tidak perlu diragukan lagi. Sangking medhoknya, orang bisa langsung tahu jika aku orang Jawa cuma dari sepatah kata yang kuucapkan. Dan lucunya, aku baru tau jika bahasa indonesiaku berbeda dengan mereka anak kota asli, setelah kuinjakkan kakiku di Bandung. Yah ... Logat bahasa kita berbeda. 

Bahasa indonesiaku dengan teman disebelah kanan orang Padang berbeda. Bahasa indonesiaku dengan teman yang didepan orang jakarta berbeda. Bahasa Indonesiaku dengan teman di belakang anak Bandung juga berbeda. Awalnya, bahasa indonesia kita berbeda.

"Kalau kamu ngobrol sama aku sekarang, hanya dengan kamu ngedengerin aku ngomong, kamu bakal langsung tau aku orang mana nggak?" sambungku pada Vivi.

"Enggak." jawabnya. "Aku juga kan, Nay?"

Ya. Sekarang bahasa indonesia kami sama. Sekarang kami sama, menggunakan bahasa indonesia anak kota gaul yang menyimpang dari aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekarang aku juga sama semerti mereka, berbicara dengan orang yang lebih tua (terkadang Dosen) dengan sisipan kata Indonesia yang tidak baik dan tidak benar. Sekarang aku juga sama dengan mereka, terkadang tak sengaja mengeluarkan kata gaul di saat yang tidak tepat. 

Disatu sisi, aku ingin sama dan serupa dengan mereka. Kau tau, karna dalam hal ini, serupa menjadikan kami lebih nyaman. Di satu sisi, aku juga (entah mengapa) ingin bisa berbicara layaknya remaja kota. Namun di sisi lain, aku takut terlalu sama dengan mereka. Aku tidak ingin berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar. Aku tidak ingin menggunakan bahasa gaul itu dengan orang yang usianya terpaut jauh denganku. Aku tidak ingin menggunakannya di saat rapat, presentasi, ataupun di dalam forum dan di dalam kelas. 

Tahu kenapa aku tidak ingin? Karena aku masih beranggapan jika hal itu tidak sopan. Dan aku juga masih merasa aneh dan mengganjal jika aku melihat temanku melakukan hal itu. Sama halnya ketika aku melihat bocah menggunakan bahasa jawa ngoko kasar ke orang tua. (Bahasa jawa ngoko kasar sangat tidak pantas digunakan untuk berbicara dengan orang tua.)

Yah kamu tau ... suatu keuntungn jika dalam lingkungan, kamu dibiasakan berbahasa indonesia yang baik dan yang benar. karna kau tau, di lingkungan dimana bahasa indonesia adalah bahasa utama, banyak penduduknya yang tidak bisa mengucapkannya dengan baik dan benar. dan dalam hal ini, aku beruntung tumbuh dilingkungan dimana bahasa indonesia adalah bahasa indonesia yang baik dan benar. Karenanya, jika diadakan list peringkat kemampuan berbahasa indonesia yang baik dan benar alias baku, aku bisa menduduku peringkat rata-rata atas. 

Kau juga harus mengerti, Lingkungan tumbuh kembang sangat mempengaruhi kelakuan dan kepribadian seseorang. Orang yang menempati peringkat bawah itu, jika menggantikan posisinya, hidup dilingkungannya tumbuh, ada kemungkinan jika aku akan lebih buruk darinya.

Karena ... kita tidak bisa menilai seseorang dengan mengenyampingkan asal usulnya. Ketika ingin mengecap buruk seseorang, fikirkanlah lingkungan tumbuhkan, dan berfikirlah apakah jika aku ataupun kamu ada di posisinya, keadaan dan sikap akan ebih baik darinya.

Salam,
Nay

No comments:

Powered by Blogger.